Senin 21 Aug 2023 12:24 WIB

Waduh, Industri Antariksa AS Digempur Serangan Siber, Ada Apa?

China dan Rusia dinilai sebagai salah satu ancaman intelijen asing oleh AS.

Rep: Gumanti Awaliyah/ Red: Natalia Endah Hapsari
Badan-badan kontra intelijen AS memperingatkan industri luar angkasa Amerika untuk waspada terhadap upaya-upaya ilegal yang dilakukan oleh badan-badan intelijen asing/ilustrasi
Foto: EPA-EFE/CRISTOBAL HERRERA-ULASHKEVICH
Badan-badan kontra intelijen AS memperingatkan industri luar angkasa Amerika untuk waspada terhadap upaya-upaya ilegal yang dilakukan oleh badan-badan intelijen asing/ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Badan-badan kontra intelijen AS memperingatkan industri luar angkasa Amerika untuk waspada terhadap upaya-upaya ilegal yang dilakukan oleh badan-badan intelijen asing. China dan Rusia dinilai sebagai salah satu ancaman intelijen asing terkemuka terhadap industri luar angkasa AS.

“Kami mengantisipasi meningkatnya ancaman terhadap sektor ekonomi AS yang sedang berkembang ini, dari upaya pencurian riset hingga rahasia dagang, ketika mereka mencoba meningkatkan program luar angkasa negaranya,” kata seorang pejabat kontra intelijen AS.

Baca Juga

Lembaga seperti FBI (The Federal Bureau of Investigation), Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional (NCSC), dan Kantor Investigasi Khusus Angkatan Udara (AFOS), menerbitkan laporan bahwa entitas asing yang tidak disebutkan namanya menggunakan serangan siber dan teknik-teknik seperti investasi strategis, melalui perusahaan patungan dan akuisisi untuk mendapatkan akses ke industri luar angkasa AS.

Langkah ini merupakan peringatan terbaru dari Washington untuk meningkatkan kesadaran tentang masalah yang telah lama membuat jengkel para pejabat kontra intelijen. Ini juga telah menjadi prioritas karena industri luar angkasa AS, menghabiskan miliaran dolar untuk mengembangkan roket baru dan teknologi lainnya.

Laporan tersebut juga memperingatkan perusahaan-perusahaan untuk waspada terhadap permintaan kunjungan ke fasilitas, dan upaya untuk mengumpulkan informasi rahasia di konferensi. Menurut laporan, karyawan juga berisiko terhadap upaya perekrutan melalui tawaran perjalanan ke luar negeri atau pekerjaan konsultasi dan pembayaran untuk informasi rahasia.

“Perusahaan juga didesak untuk menghubungi FBI atau AFOSI jika mereka merasa menjadi sasaran, serta melacak kejadian aneh, dan ancaman lainnya,” demikian menurut laporan tersebut seperti dilansir Gadgets360, Senin (21/8/2023).

Pihak berwenang AS selama bertahun-tahun mengatakan bahwa para peretas Tiongkok menargetkan pengetahuan ruang angkasa AS. Di antaranya mengakses komputer di Pusat Antariksa Goddard NASA dan Jet Propulsion Laboratory, serta berbagai perusahaan yang terlibat dalam teknologi penerbangan, ruang angkasa, dan satelit.

Pada tahun 2019, warga negara Tiongkok, Tao Li, dijatuhi hukuman 40 bulan penjara karena bersekongkol untuk mengekspor teknologi militer dan ruang angkasa secara ilegal ke Tiongkok, termasuk penguat daya dan sirkuit yang tahan radiasi.

Tiongkok mengatakan program luar angkasanya adalah untuk tujuan damai, tetapi pejabat militer AS menuduh Beijing ingin menjadikan proyek luar angkasa sebagai sesuatu yang penting bagi strategi militernya. Tahun ini, AS memperingatkan bahwa Tiongkok berusaha untuk menyamai atau melampaui AS sebagai pemimpin di bidang luar angkasa pada tahun 2045.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement