Senin 21 Aug 2023 12:49 WIB

Kaum Muda Cina Stres Bertarung Dapatkan Pekerjaan

Cina akan berhenti menerbitkan data ketenagakerjaan yang berkaitan dengan usia.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Lowongan pekerjaan (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Lowongan pekerjaan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Zhang merupakan lulusan jurusan psikologi yang baru saja menamatkan studinya. Dia gagal mendapatkan pekerjaan di bidang penelitian pilihannya, meskipun telah mengirimkan ribuan daftar riwayat hidup ke perusahaan Cina.

Pencarian pekerjaan selama berbulan-bulan telah memakan korban emosional pada perempuan berusia 23 tahun itu. Hal paling ironis adalah, dia melakukan survei tentang kecemasan mencari pekerjaan sebagai bagian dari studi ketika berkuliah.

Baca Juga

"Setelah lulus, saya menemukan bahwa tekanannya sangat besar,” kata Zhan di pameran perekrutan di Beijing, menolak memberikan nama lengkapnya karena takut akan dampaknya.

“Untuk setiap sepuluh resume yang saya kirim, saya mendapat satu tanggapan,” katanya dikutip dari Straits Times.

Zhang hanya salah satu dari jutaan lulusan yang memasuki pasar kerja Cina pada saat pengangguran di kelompok kaum muda telah melonjak. Baru-baru ini angka tersebut mencapai rekor setiap bulan dengan 21,3 persen orang berusia 16 hingga 24 tahun menganggur pada Juni.

Pihak berwenang Cina secara tiba-tiba mengumumkan akan berhenti menerbitkan data ketenagakerjaan yang berkaitan dengan usia. Keputusan ini pun mendorong skeptisisme publik dan kekhawatiran atas pengangguran kaum muda di ekonomi terbesar kedua di dunia itu.

Pada pameran karir di Beijing pekan ini, para peserta menggambarkan lanskap yang menantang bagi kandidat yang tidak berpengalaman. Mereka hanya bisa menggantungkan harapan untuk mendapatkan pekerjaan pertama atau kedua.

Pengangguran berusia 21 tahun dengan pengalaman di media bernama Yang Yao kecewa setelah melihat-lihat iklan di sebuah pameran di Beijing tengah pada pekan lalu. Sebagian besar pemberi pekerjaan mencari staf untuk posisi penjualan dan administrasi bergaji rendah.

Yang telah berhenti dari pekerjaan sebelumnya di provinsi Zhejiang Cina timur untuk pindah lebih dekat dengan keluarganya di Beijing. Sekarang dia didera kecemasan tentang prospeknya setelah beberapa minggu pencarian yang sia-sia.

“Setiap malam saya merasa khawatir, bagaimana jika saya tidak dapat menemukan pekerjaan, apa yang akan saya lakukan untuk biaya hidup? Dan saya tidak bisa tidur di malam hari," kata Yang.

Cina telah merilis sejumlah indikator dalam beberapa bulan terakhir yang menunjukkan perlambatan pemulihan ekonomi pasca-Covid-19. Permintaan konsumen yang lemah membuat perusahaan enggan untuk merekrut.

"Data aktivitas terbaru umumnya datang pada sisi yang lebih lemah, menunjukkan bahwa pemulihan terhenti," ujar kepala ekonom China Raya di HSBC Jing Liu dalam sebuah catatan minggu ini.

“Ini telah tercermin dari data pasar tenaga kerja,” ujarnya.

Manajer perekrutan berusia 39 tahun di sebuah perusahaan layanan telekomunikasi Xie Wei mengatakan, perusahaan yang telah bertahan selama tiga tahun dari gangguan selama pembatasan pandemi nol-Covid di Cina. Sekarang perusahaannya lebih selektif ketika menerima karyawan baru.

Perusahaan yang telah bangkit kembali akan memilih arah dan tindakan pertama perusahaan harus bertahan. Xie menyatakan, pekerja muda terutama yang lahir setelah pertengahan 1990-an, kurang memiliki tekanan psikologis, sehingga mereka mungkin lebih malas.

Tapi, mantan manajer media sosial berusia 26 tahun yang sedang mencari pekerjaan baru Li Xiangyang mengatakan, mungkin dalam hal mempromosikan pekerjaan, generasinya masih kekurangan. “Jika Anda berada di kota lapis kedua atau ketiga…akan ada sangat sedikit peluang pengembangan di industri saya. Saya merasa kebijakannya belum menyusul," ujarnya.

Cina dalam beberapa pekan terakhir mengumumkan serangkaian langkah untuk meningkatkan konsumsi, termasuk festival skala besar dan acara olahraga. Pemerintah pun melakukan peningkatan pengeluaran untuk layanan yang melibatkan katering dan perawatan kesehatan. Hanya saja, upaya tersebut dinilai masih kurang menggerakan industri untuk bisa membuka lowongan pekerjaan sebesar mungkin bagi kaum muda.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement