Senin 21 Aug 2023 16:05 WIB

Penting Bagi Orang Awam Taklid ke Salah Satu Mazhab Fiqih

Seorang Muslim yang awam tak mampu merumuskan persoalan fiqih.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Kitab fiqih (ilustrasi).
Foto: Wordpress.com
Kitab fiqih (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA --Seorang Muslim yang awam sehingga tidak memiliki kemampuan memahami dan merumuskan hukum fikih maka memiliki kewajiban baginya untuk taklid terhadap suatu  mazhab fikih. Dengan bermazhab akan membuat seseorang dapat memahami dan mempraktikan agama dengan benar. Seperti di Indonesia yang mayoritas fikihnya mengikuti fatwa dan kaidah dari mazhab Imam Asy Syafi'i. 

Oleh karena itu tidak bisa orang yang awam untuk mengabaikan ijtihadnya para imam mazhab dengan berargumen bahwa untuk menjalankan ajaran agama hanya cukup dengan Alquran dan hadits nabi SAW. Seorang awam akan sangat berpotensi keliru dalam memahami Alquran dan Hadits bila tanpa panduan para ulama.

Baca Juga

Sebab untuk mengetahui Alquran dan hadits diperlukan ilmu yang kompleks. Maka agar selamat dari kekeliruan dalam memahami Alquran dan Hadits terutama berkaitan dengan masalah-masalah fiqih, bagi orang awam harus mengikuti para ulama suatu mazhab fikih.

Sebagaimana penjelasan Imam Al Syathibi dalam kitab Al I’tisham:

الْمُكَلَّفُ بِأَحْكَامِهَا لَا يَخْلُو مِنْ أَحَدِ أُمُورٍ ثَلَاثَةٍ

أَحَدُهَا: أَنْ يَكُونَ مُجْتَهِدًا فِيهَا، فَحُكْمُهُ مَا أَدَّاهُ إِلَيْهِ اجْتِهَادُهُ فِيهَا، لِأَنَّ اجْتِهَادَهُ فِي الْأُمُورِ الَّتِي لَيْسَتْ دَلَالَتُهَا وَاضِحَةً إِنَّمَا يَقَعُ مَوْقِعَهُ عَلَى فَرْضِ أَنْ يَكُونَ مَا ظَهَرَ لَهُ هُوَ الْأَقْرَبُ إِلَى قَصْدِ الشَّارِعِ وَالْأَوْلَى بِأَدِلَّةِ الشَّرِيعَةِ؛ دُونَ مَا ظَهَرَ لِغَيْرِهِ مِنَ الْمُجْتَهِدِينَ.

“Kalangan pertama adalah orang-orang yang telah mencapai tingkatan mujtahid, sehingga dapat melakukan penggalian dan perumusan hukum, yang dengan pengetahuannya ia harus melakukan hal yang lebih ia pahami sebagai syariat dari nash agama.” 

وَالثَّانِي: أَنْ يَكُونَ مُقَلِّدًا صِرْفًا خَلِيًّا مِنَ الْعِلْمِ الْحَاكِمِ جُمْلَةً. فَلَابُدَّ لَهُ مِنْ قَائِدٍ يَقُودُهُ.

“Kemudian yang kedua adalah kalangan yang mesti taqlid, yaitu yang belum memiliki kemampuan untuk memahami dan merumuskan hukum fiqih. Kalangan awam ini, ia mesti mengikuti seorang imam mazhab yang melakukan ijtihad tadi.”

وَالثَّالِثُ: أَنْ يَكُونَ غَيْرَ بَالِغٍ مَبْلَغَ الْمُجْتَهِدِينَ. لَكِنَّهُ يَفْهَمُ الدَّلِيلَ وَمَوْقِعَهُ. وَيَصْلُحُ فَهْمُهُ لِلتَّرْجِيحِ بِالْمُرَجِّحَاتِ الْمُعْتَبَرَةِ فِي تَحْقِيقِ الْمَنَاطِ وَنَحْوِهِ

“Dan kalangan ketiga adalah yang belum mencapai kemampuan ijtihad, namun mengetahui cara perumusan putusan fiqih, sehingga dapat membandingkan istinbath para ulama. Ia bisa memiliki kapasitas tersebut di satu bidang tertentu, namun di bidang lain yang belum diketahui, maka ia harus mengikuti ijtihad para imam mazhab sebagaimana kalangan awam.”.  

Sementara itu Imam Al Ghazali menganjurkan untuk mempelajari tentang ilmu-ilmu mazhab fiqih sejak pagi hari terutama setelah melaksanakan wirid, doa, dan mempelajari ilmu-ilmu yang bermanfaat. Maka ketika masih ada waktu hendaknya diupayakan bagi seorang Muslim untuk mempelajari tentang mazhab-mazhab fiqih.  Mempelajari faham madzhab lain hukumnya Fardhu Kifayah, Sedangkan mendalami faham dari madzhab tertentu (atau yang dianut) adalah Fardhu ‘Ain. Oleh sebab itu, hendaknya seorang mempelajari dan mendalami terlebih dulu faham Mazhab fiqih yang dianutnya sebelum mempelajari dan mendalami Mazhab fiqih yang lain.  Contohnya seseorang menganut Mazhab fiqihnya Imam Syafi'i maka hendaknya terlebih dulu mempelajari dan mendalami fiqih Mazhab Imam Syafi'i sebelum mempelajari Mazhab fiqih lainnya seperti Imam Maliki, Imam Hanafi dan Imam Hambali.

فإذا فرغت من ذلك كله وفرغت من إصلاح نفسك ظاهرا وباطنا ، وفضل شيء من أوقاتك ، فلا بأس أن تشتغل بعلم المذهب من الفقه ، لتعرف به الفروع النادرة في العبادات ، وطريق التوسط بين الخلق في الخصومات عند إكبابهم على الشهوات ، فذلك أيضا بعد الفراغ من هذه المهمات من جملة فروض الكفايات. 

Apabila engkau telah selesai melakukan itu semua (berdoa, berzikir, dan menimba ilmu saat waktu pagi) dan engaku telah memperbaiki jiwamu zahir dan batin, dan masih luang dari waktumu maka tak apa-apa engaku sibuk dengan mempelajari ilmu mazhab fiqih. Agar engkau mengetahui dengan ilmu mazhab cabang-cabang yang jarang terjadi di dalam ibadah, dan mengetahui bagaimana mengambil jalan tengah atau adil di antara manusia di dalam berbagai persengketaan ketika condong manusia terhadap nafsu. Maka mempelajari itu semua harus setelah selesai mempelajari tugas yang satu dari jumlah fardhu kifayah. (Lihat Lihat kitab Bidayatul Hidayah halaman 110 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).

 

 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement