Senin 21 Aug 2023 15:03 WIB

Salwan Momika Bakar Alquran Lagi, FUUI Dorong Indonesia Ambil Langkah Konkret

Pemerintah diharap tak sekadar mengecam aksi pembakaran Alquran.

Rep: Andrian Saputra/ Red: Muhammad Hafil
Aksi pembakaran Alquran oleh Salwan Momika.
Foto: EPA-EFE/Fredrik Sandberg/TT
Aksi pembakaran Alquran oleh Salwan Momika.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA — Aksi pembakaran Alquran yang kembali  dilakukan oleh Salwan Momika dinilai semakin menunjukan intoleransi dan radikalisme yang tumbuh subur di Swedia dan  mendapat perlindungan dari konstitusi negara itu. Ketua Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) KH. Athian Ali mengatakan perbuatan Salwan Momika yang membakar Alquran untuk yang kedua kalinya di luar kedutaan Irak di Stockholm, Swedia pada Kamis (20/7/2023)  membuktikan bahwa intoleran, radikalisme dan terorisme justru berkembang dan dilindungi oleh negara-negara Barat seperti Swedia. 

"UU mereka (Swedia) membenarkan aksi intoleran. Bayangkan, membakar kitab suci yang diyakini orang lain,  kurang apa intolerannya. Kok bisa dibenarkan undang-undang dan mendapat izin dari aparat," kata kiai Athian kepada Republika.co.id pada Senin (21/08/2023).

Baca Juga

Pada aksi itu, seorang wanita dengan berani mencoba memadamkan api yang membakar Alquran dengan menyemprotkan pemadam api ringan. Namun tindakan wanita itu justru dihadang polisi Swedia. Wanita itu pun ditangkap polisi. Dari sisi kemanusiaan, Menurut kiai Athian tindakan dan perlakuan polisi pada wanita itu malah memperlihatkan aparat Swedia tidak manusiawi. 

"Kurang apa biadabnya, kok bisa di sebuah negara (Swedia) kebiadaban itu diizinkan. Ini terbukti, betapa intoleran, radikal dan terorisme. Mereka yang melakukan, tapi mereka memfitnah umat Islam," kata kiai Athian.

Meski begitu kiai Athian mengatakan dengan sederet aksi pembakaran Alquran yang terjadi di beberapa negara di Eropa dan Amerika, tidak membuat Alquran ditinggalkan oleh Muslim maupun non Muslim. Ia menilai aksi-aksi pembakaran Alquran itu justru memantik semangat umat Islam untuk lebih mendalami dan mengamalkan ajaran Alquran. Bahkan menurutnya aksi-aksi itu akan banyak memantik perhatian para akademisi, cendekiawan dan masyarakat non Muslim di Eropa untuk mengenal dan mendalami Alquran serta keluhuran ajaran Islam. 

Menurut kiai Athian apa yang dilakukan Salwan Momika dan para aktivis radikal yang melakukan aksi serupa dengan Momika juga menunjukan bahwa kelompok-kelompok tersebut tidak berhasil menemukan satupun ayat dalam Alquran yang menyimpang dari kebenaran. 

"Mereka sudah kehabisan akal untuk membuktikan Alquran itu ajarannya tidak benar. Hingga jalan pintasnya adalah dengan membakar Alquran," katanya.

Sementara itu kiai Athian juga mendorong agar pemerintah Indonesia mengambil langkah konkrit dan tegas untuk menghentikan aksi-aksi pembakaran Alquran di Eropa dan Amerika. Terlebih menurutnya mayoritas penduduk Indonesia adalah Muslim dan menjadi populasi Muslim terbesar di dunia. 

Kiai Athian meminta agar pemerintah tidak hanya sekedar mengecam aksi-aksi semacam itu, namun juga dapat mengambil langkah-langkah tegas seperti mengeluarkan peringatan terhadap Duta Besar Swedia untuk Indonesia, melakukan pemboikotan produk dari Swedia hingga memutus hubungan diplomatik dengan Swedia. 

"Tidak sekedar mengecam, panggil duta besarnya beri peringatan, atau diusir atau diputuskan hubungan diplomatik atau harus ada tindakan yang konkret bahwa pemerintah mewakili penduduknya yang mayoritas muslim mereka tidak bisa menerima perlakuan semacam ini," katanya.

 

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement