REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang-orang yang beriman telah diperintahkan untuk senantiasa berdzikir kepada Allah SWT di setiap waktu dan setiap keadaan.
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْراً كَثِيراً
“Wahai orang-orang yang beriman, berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS. Al-Ahzab: 41).
Maka orang-orang yang berdzikir kepada Allah SWT akan mendapatkan ketentraman batin dan jaminan keselamatan di dunia serta di akhirat. Akan tetapi, setan akan selalu berupaya agar manusia tidak berdzikir sehingga tidak memperoleh keselamatan dan keberuntungan di dunia dan akhirat. Pada akhirnya setelah manusia malas untuk berdzikir, setan menjerumuskan manusia menjadi hamba yang melupakan penciptanya yakni Allah SWT.
Dalam kitab Bidayatul Hidayah, Imam Al Ghazali menjelaskan tentang apa yang diperbuat oleh setan ketika seorang Muslim malas untuk berdzikir. Disebutkan bahwa setan menyusupkan di dalam hati orang yang malas berzikir sebuah penyakit hati terutama penyakit cinta terhadap dunia yakni cinta harta dan pangkat. Semakin lama, penyakit itu semakin bertambah parah. Hingga orang tersebut tidak mengingat Allah, dan tidak menjalankan apa-apa yang diperintahNya. Saat itulah setan semakin menjerumuskannya pada kesengsaraan sehingga hidupnya menjadi tidak tentram, gelisah, datang banyak masalah. Maka melihat kondisi orang tersebut, setan akan tertawa riang.
فإن دعتك نفسك إلى ترك ما ذكرناه من الأوراد والأذكار اشتغالا بذلك ، فاعلم أن الشيطان اللعين قد دس إلى قلبك الداء الدفين ، وهو حب المال والجاه ، فإياك أن تغتر به فتكون ضحكة له فيهلكك ، ثم يسخر منك.
Jika nafsumu mendorong meninggalkan apa-apa yang telah kami sebutkan dari wirid-wirid dan dzikir-dzikir karena malas untuk membaca itu semua, maka ketahuilah sebetulnya setan itu telah menyusupkan ke dalam hatimu penyakit yang sulit penyembuhannya yaitu cinta pangkat dan harta, maka jangan sekali-kali engkau terbujuk dengan itu, maka engkau akan jadi bahan tertawa setan lalu ia mencelakakanmu kemudian dia mengina-hina padamu. (Lihat Lihat kitab Bidayatul Hidayah halaman 110-111 cetakan Darul Minhaj Lebanon Beirut).