REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri pertahanan Turki melaju pesat di bawah pemerintah Presiden Recep Tayyip Erdogan. Bahkan, Turki memiliki salah satu drone paling mematikan, yakni Bayraktar TB2 UCAV.
Drone atau yang di Turki dikenal pesawat tempur tak berawak (UCAV) ini dikembangkan perusahaan pertahanan Turki, Baykar Technologies. Drone banyak digunakan dalam pertempuran di Suriah, Irak, dan Libya, dan dikenal sebagai salah satu drone paling mematikan.
Tak hanya Bayraktar TB2 UCAV, Turki juga sedang memperkuat angkatan lautnya. Salah satunya dengan membangun kapal laut terbesar yang pernah dibangun di Turki yakni TCG Anadolu LHD. Kapal serbu amfibi ini akan mampu membawa hingga 2.000 tentara dan 500 kendaraan.
Selain itu, Turki juga memiliki sejumlah senjata yang telah teruji di medan pertempuran seperti perang Armenia dan Azerbaijan tahun 2020. Misalnya saja Rudal Jelajah SOM-J, yakni rudal jelajah udara yang diluncurkan dari udara ini dikembangkan Roketsan, kontraktor pertahanan Turki. SOM-J memiliki jangkauan lebih dari 250 kilometer dan dapat membawa berbagai jenis hulu ledak, termasuk konvensional dan nuklir.
Turki juga memiliki rudal Anti-Kapal Atmaca. Rudal anti-kapal jarak menengah ini juga dikembangkan oleh Roketsan. Rudal ini memiliki jangkauan lebih dari 200 kilometer dan dapat diluncurkan dari kapal, kapal selam, dan pesawat.
Ada pula senapan Serbu MPT-76. Senapan serbu buatan domestik terbaru Turki ini menggantikan G3 sebagai senapan standar Angkatan Bersenjata Turki. Chambered atau bilik peluru senapan 7.62x51 mm NATO dan memiliki laju tembakan yang tinggi.
Turki memiliki sistem Pertahanan Hisar. Hisar bagian dari keluarga sistem pertahanan udara jarak menengah hingga jarak jauh yang dikembangkan Aselsan. Dirancang untuk menghadapi berbagai ancaman, mulai dari pesawat, rudal jelajah, hingga rudal balistik.