Senin 21 Aug 2023 16:57 WIB

Gaya Parenting Tegas Ala 'Induk Macan', Apa Baik dan Buruknya?

Gaya pengasuhan yang tegas dan keras kerap dilakoni oleh orang tua di Asia.

Rep: Shelbi Asrianti/ Red: Qommarria Rostanti
Orang tua yang memiliki pengasuhan tiger mom atau induk macan (ilustrasi). Gaya pengasuhan semacam ini memiliki plus dan minus.
Foto: Foto : Mardiah
Orang tua yang memiliki pengasuhan tiger mom atau induk macan (ilustrasi). Gaya pengasuhan semacam ini memiliki plus dan minus.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Orang tua Asia dengan gaya pengasuhan tegas kerap dijuluki tiger mom alias induk macan. Tidak ada yang salah pada pola pengasuhan tersebut, selama penerapannya disesuaikan dengan kondisi keluarga dan tidak berlebihan.

Di tengah beragam tren parenting dan pengaruh media sosial, banyak orang tua Asia, khususnya Indonesia, yang menganggap buruk atau inferior gaya pengasuhan itu. Cukup banyak yang lantas beralih ke kiblat gaya parenting Barat, seperti gentle parenting.

Baca Juga

Berbeda dengan tiger mom atau tiger parenting yang cenderung "keras" dan tegas dalam membesarkan anak, gentle parenting merupakan pengasuhan yang menekankan cinta kasih dan kelembutan. Hal itu membuat orang tua terkadang menganggap gentle parenting lebih superior daripada tiger mom.

Lewat buku berjudul Induk Macan: Merangkul Parenting dengan Kearifan Lokal dalam Era Media Sosial, praktisi parenting Krista Endinda mengulas tentang fenomena itu. Perempuan yang fokus pada perkembangan bayi dan balita itu memberikan perspektif tentang pengasuhan induk macan.

"Saya ingin meluruskan persepsi yang akhir-akhir ini umum terjadi bahwa mengadopsi gaya parenting Barat akan menjadikan kita sebagai orang tua yang lebih baik," kata perempuan yang akrab disapa Dinda itu pada momen peluncuran buku secara virtual, Senin (21/8/2023).

Dinda menggarap buku Induk Macan karena terinspirasi dari pengamatannya terhadap tren yang terjadi pada pola pengasuhan anak di Indonesia. Semula, dia memaksudkannya sebagai topik tesis, namun terpikir untuk sekaligus menerbitkannya dalam bentuk buku.

Menurut Dinda, menelan mentah-mentah soal gentle parenting nyatanya juga akan menimbulkan banyak ketidakcocokan saat diterapkan untuk keluarga Asia. Pasalnya, gentle parenting digagas berlandaskan riset, ilmu, dan kebiasaan keluarga dalam budaya Barat.

Akibatnya, bisa terjadi beragam konflik, baik konflik batin orang tua yang kesulitan menerapkan gentle parenting, maupun memicu konflik dengan anak atau keluarga (misalnya dengan pihak orang tua atau mertua). Menurut Dinda, tak ada salahnya membesarkan anak dengan tetap menghargai tradisi budaya Timur.

Jika memang ingin mengambil sisi baik budaya pengasuhan Barat, perlu dicermati terlebih dulu. Penafsiran yang keliru tentang praktik gentle parenting hanya dari informasi media sosial dapat mengarah pada pengadopsian gaya parenting yang tak sesuai norma budaya.

Dalam buku Induk Macan, Dinda memberikan pandangan bahwa merangkul identitas budaya Timur tetap dapat meningkatkan kualitas pengasuhan, memupuk ketahanan budaya, dan memupuk ikatan yang kuat antara orang tua dan anak. Nyatanya, pengasuhan ala tiger mom juga memiliki sisi positif.

Misalnya, meski orang tua tiger mom terkesan "keras", itu karena para orang tua sangat percaya bahwa anak-anaknya kuat, tangguh, dan mampu bertahan. Sementara, pada gentle parenting yang lebih kalem dan tenang, anak cenderung sangat dijaga supaya kesehatan mentalnya selalu baik. Jika berlebihan, itu justru membuat anak tumbuh jadi sosok rapuh.

Kekurangannya, gaya pengasuhan ala induk macan tempo dulu cenderung berprinsip anak harus menurut pada orang tua dalam situasi apa pun. Inilah yang disebut Dinda harus menyesuaikan dengan dinamika zaman. "Ibaratnya, bagaimana induk macan bisa mengasuh anak tanpa mencakar dan mengaum," ucapnya.

Kunci yang ditawarkan Dinda adalah mencoba menyeimbangkan posisi sebagai orang tua. Bagaimana orang tua bisa menetapkan koridor aturan dalam keluarga dan prinsip tegas tanpa berujung pada sesuatu yang bisa melukai dan membikin trauma anak di kemudian hari.

Selain itu, sangat penting tetap menyesuaikan dengan kultur masing-masing. Sebab, parenting pada dasarnya merupakan seni, dan sangat erat kaitannya dengan budaya. Orang dari etnis Jawa, Madura, Betawi, dan lainnya pasti punya kebiasaan dalam pengasuhan yang berbeda.

"Buku ini tidak mengajarkan satu cara yang benar atau satu resep parenting saja, tapi mengajak orang tua melakukan refleksi. Setelah membaca buku, bagaimana membuka pikiran dan mencari keseimbangan. Memilih dan memilah, mana yang cocok dan sesuai dengan keluarga kita," kata Dinda.

Saat ini, buku Induk Macan sudah dapat dibeli di toko buku daring Sarang Aksara melalui sejumlah marketplace. Selama masa promo dari tanggal 20 hingga 31 Agustus 2023, buku Induk Macan bisa diperoleh dengan harga Rp 75 ribu rupiah (dari harga normal Rp 95 ribu). 

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement