Senin 21 Aug 2023 20:16 WIB

Pemerintah Andalkan Modifikasi Cuaca untuk Kurangi Polusi Udara

cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara adalah air hujan.

Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Raya Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/8/2023). Penerapan kebijakan Work From Home bagi Aparatur Sipil Negara dinilai belum berpengaruh karena masih terjadinya kemacetan di ruas jalan protokol Ibu Kota dan polusi udara yang masih dalam kategori tidak sehat berdasarkan situa IQAir.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Sejumlah kendaraan terjebak kemacetan di Jalan Raya Gatot Subroto, Jakarta, Senin (21/8/2023). Penerapan kebijakan Work From Home bagi Aparatur Sipil Negara dinilai belum berpengaruh karena masih terjadinya kemacetan di ruas jalan protokol Ibu Kota dan polusi udara yang masih dalam kategori tidak sehat berdasarkan situa IQAir.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah Indonesia mulai melakukan operasi teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi dan menanggulangi polusi udara wilayah perkotaan di Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi (Jabodetabek).

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN Budi Harsoyo mengatakan pemerintah telah menaburkan garam semai sebanyak 800 kilogram di Kabupaten Cianjur, Depok, Jakarta Selatan, dan Jakarta Pusat, pada ketinggian sekitar 10 ribu kaki.

"Teknologi modifikasi cuaca untuk mengurangi polutan sudah pernah dilakukan oleh beberapa negara yaitu China, Korea Selatan, Thailand, dan India. Sementara di Indonesia baru pertama kali dilaksanakan di wilayah Jabodetabek," ujarnya dalam keterangan di Jakarta, Senin.

Berdasarkan prediksi BMKG, kata dia, ada potensi pertumbuhan awan hujan di sebagian wilayah DKI Jakarta dan bagian selatan Jawa Barat pada 19-21 Agustus 2023.

Menurut dia, cara paling efektif untuk mengurangi polusi udara adalah air hujan. Bila hal itu tidak memungkinkan karena kemarau, maka memodifikasi cuaca bisa dilakukan dengan mengganggu stabilitas atmosfer.

Kegiatan menabur bahan semai berupa es kering pada ketinggian tertentu dapat mengganggu stabilitas atmosfer, karena tidak adanya perbedaan temperatur di titik ketinggian tersebut atau isotherm yang kemudian menimbulkan lapisan inversi.

"Nah, ini yang akan kita ganggu, dibuka ibaratnya, sehingga kumpulan-kumpulan polutan yang terkungkung di sekitar wilayah Jakarta bisa terus naik ke atas," papar Budi.

Pada 19 Agustus 2023, Sabtu sore, BMKG melaporkan wilayah Ciomas ke arah Gunung Salak terpantau mendung. Hujan dengan intensitas ringan berkisar pukul 17.27 hingga 19.51 WIB di Bogor Barat, Bogor Selatan, Bojong Gede, Kemang, dan Tenjolaya.

Sedangkan daerah Dramaga, Ciomas, Tamansari, Cijeruk, dan Cigombong, juga dilaporkan mengalami hujan dengan intensitas sedang. Daerah lain Cibungbulang, Pamijahan, Leuwiliang, Nanggung terjadi hujan ringan pada pukul 19.00 - 21.00 WIB

Kepala Pusat Meteorologi Publik BMKG Andri Ramdhani mengungkapkan peluang untuk memodifikasi cuaca masih terbuka, hanya saja peluang tersebut cukup berat untuk dilakukan dengan melihat kondisi musim kemarau yang minim awan kumulus yang menjadi target penaburan garam semai.

Dia menjelaskan relatif humidity lapisan atas kering dan convective available potential energy rendah. Dari hasil pemodelan atmosfer selama dua hari ke depan ada peluang hujan di Bogor dan Tangerang Selatan.

"Kami berharap angin membawa awan bergerak ke arah Jakarta, karena modifikasi cuaca tidak bisa menggeser awan, tetapi bisa memperluas area cakupan hujan," ucapnya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement