REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dikisahkan bahwa kalung milik Aisyah terjatuh di daerah Al-Baidaaatau Dzatul Jaisy (lokasinya dekat dengan Madinah). Rasulullah Shalallahu‘alaihi Wasallam beserta rombongan pun berhenti untuk mencari kalung tersebut.
Seperti dikutip dari buku the Wonderful Ummahatul Mukminim oleh Erlan Iskandar, Setelah berupaya mencari, ternyata kalung itu tak kunjung ditemukan. Akhirnya, diputuskanlah untuk menginap di daerah tersebut yang mana jauh dari sumber air. Bahkan saat itu, rombongan pun tak memiliki persediaan air.
Beberapa orang mengeluh kepada Abu Bakar, "Tidakkah kamu melihat apa yang dilakukan Aisyah? Ia menahan perjalanan Rasulullah dan rombongan (hanya karena kehilangan kalungnya). Padahal, saat ini rombongan tidak memiliki persediaan air.
Akhirnya Abu Bakar pun menegur Aisyah. Aisyah pun hanya bisa terdiam.
Pada keesokan harinya, Rasulullah bangun tidur namun dalam keadaan tidak memiliki persediaan air. Lantas, Allah pun menurunkan ayat tentang tayammum.
Tayammum adalah keringanan yang Allah berikan jika tak mendapatkan air. Dan syariat ini diturunkan berkenaan dengan sebab Aisyah yang kehilangan kalung.
Usaid bin Hudhair mengatakan, “Keberkahan ini bukanlah yang kali pertama, (keberkahan selalu menyertai kalian) wahai keluarga Abu Bakar.” (HR. Bukhari)
Aisyah merupakan istri Nabi yang paling muda. Ia satu-satunya istri yang dinikahi ketika masih gadis. Aisyah dinikahi Nabi ketika berusia enam tahun. Namun, ia mulai hidup mendampingi Nabi ketika ia sudah berusia baligh, yakni sekitar usia sembilan tahun.
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam menikahi Aisyah yang masih berumur belia berdasarkan wahyu dari langit. Nabi bermimpi selama tiga malam dan diperlihatkan wajah Aisyah oleh Malaikat JIbril.