REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Para salafussalih memiki beragam cara untuk selalu mengingatkan diri kepada kematian. Salah satunya yakni dengan melakukan ziarah kubur. Sebagaimana disebutkan Imam Al Ghazali bahwa ziarah kubur bertujuan mengingatkan pada kematian dan mengambil pekajaran.
Begitupun dikatakan Imam Nawawi dalam Nashaihul Ibad ketika menjelaskan tentang tentang tujuan-tujuan ziarah kubur di antaranya adalah untuk mengingat mati dan akhirat. Dalam sejumlah riwayat Rasulullah SAW pun menziarahi kuburan ibunya dan juga kuburan para sahabat di Baqi'.
Dalam kitab Bidayah Wan Nihayah sahabat Ali bin Abi Thalib menyampaikan tentang mengingat kematian. Lalu Ali bin Abi Thalib pun menangis dan kaum Muslim di sekelilingnya pun ikut menangis.
Dalam kitab Mukasyafah Al Qulub al Maqarrib ila hadhrah 'Allam al Ghuyub, Imam Ghazali menjelaskan kisah tentang Shafiyah binti Huyay mengadukan kepada Aisyah tentang keadaan hatinya. Aisyah pun menyarankan kepadanya untuk mengingat kematian agar membuat hati menjadi lembut.
Sementara itu Umar bin Abdul Aziz akan mengumpulkan para ahli fiqih setiap malam. Lalu mereka membahas tentang kematian hingga mereka menangis. Umar bin Abdul Aziz meminta nasihat kepada seorang ulama. Ulama tersebut mengingatkan bahwa Umar bin Abdul Aziz adalah seorang khalifah yang akan mengalami kematian. Seketika ia pun menangis mendengarnya.
Sedangkan seorang ulama yang terkenal zuhud di generasi tabi'in yakni Ar Rabi bin Khutsaim sampai menggali kuburan di rumahnya. Ia berkali-kali tidur di liang kubur itu agar selalu bisa mengingat kematian. Ar Rabi merasakan kegusaran dalam hatinya bila tidak mengingat kematian.
Abubakar Muhammad bin Sirin atau dikenal Ibnu Sirrin jika diceritakan tentang kematian di sisinya, maka seluruh anggota badannya akan mati.