REPUBLIKA.CO.ID, KAIRO -- Arkeolog Inggris, Howard Carter, melakukan pencarian makam Firaun Tutankhamun selama 15 tahun lamanya. Hingga akhirnya, dia menemukan makam Tutankhamun pada tahun 1922. Makam ini sebelumnya tidak pernah tersentuh siapa pun.
Makam tersebut ada di Lembah Para Raja dekat Kota Luxor di Mesir, dan masih dianggap sebagai harta karun arkeologi sampai saat ini. Di balik penemuan ini, ibarat ada harga yang harus ditebus. Pada hari ketika dia membuka makam itu, ada seekor ular yang langsung menyergap dan membunuh burung kenarinya.
Kemudian itu dianggap sebagai peringatan dari roh raja untuk tidak lagi mengganggu privasi makamnya. Tutankhamun sendiri bukanlah raja yang utama. Dia adalah anak laki-laki berusia sembilan tahun, dan dia tidak memerintah Kerajaan Baru selama lebih dari 10 tahun.
Jadi pusat perhatian
Kematiannya yang dini, tiba-tiba secara praktis menghapus keberadaannya dari ingatan Mesir. Mungkin ini faktor mengapa makamnya tidak dijarah, seperti makam raja yang lain.
Namun, setelah penemuan makam tersebut oleh misi Howard Carter, yang didanai oleh Lord Carnarvon, Firaun Tutankhamun menjadi pusat perhatian para arkeolog dari semua sisi. Mereka masih berusaha menemukan lebih banyak rahasia tentang raja firaun satu ini.
Lihat halaman selanjutnya >>>