Selasa 22 Aug 2023 17:47 WIB

BI: Neraca Transaksi Modal dan Finansial Defisit 1,4 Persen dari PDB

BI mengungkapkan kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS.
Foto: ANTARA/Muhammad Adimaja
Petugas menunjukan uang pecahan rupiah dan dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) mengungkapkan kinerja transaksi modal dan finansial tetap terkendali. Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono mengatakan hal tersebut  ditopang oleh investasi langsung di tengah kondisi ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.

"Investasi langsung tetap solid sehingga tetap mampu membukukan surplus sebagai cerminan dari tetap terjaganya persepsi positif investor terhadap prospek ekonomi domestik," kata Erwin dalam pernyataan tertulisnya, Selasa (22/8/2023).

Baca Juga

Sementara itu, Erwin menuturkan, investasi portofolio dan investasi lainnya mencatat defisit. Hal tersebut sejalan dengan dampak kenaikan ketidakpastian pasar keuangan global.

Tak hanya itu, hal tersebut juga sejalan dengan peningkatan pembayaran global bonds dan pinjaman luar negeri. Keduanya jatuh tempo sesuai pola kuartalan.

"Dengan perkembangan tersebut, transaksi modal dan finansial pada kuartal II 2023 mencatat defisit 5,0 miliar dolar AS atau 1,4 persen dari PDB setelah pada kuartal sebelumnya mencatat surplus 3,7 miliar dolar AS atau 1,1 persen dari PDB," jelas Erwin.

Transaksi berjalan juga mencatat defisit rendah di tengah kondisi penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global serta berlanjutnya perbaikan ekonomi domestik. Pada kuartal II 2023, transaksi berjalan mencatat defisit 1,9 miliar dolar AS atau 0,5 persen dari PDB, setelah membukukan surplus 3,0 miliar dolar AS atau 0,9 persen dari PDB pada kuartal sebelumnya.

Surplus neraca perdagangan nonmigas masih tinggi meski lebih rendah dari triwulan sebelumnya. "Kondisi ini dipengaruhi ekspor nonmigas yang menurun sejalan dengan penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi global, sedangkan impor menurun terbatas di tengah kondisi membaiknya aktivitas ekonomi domestik," ungkap Erwin.

Dia menambahkan, defisit neraca perdagangan migas meningkat dipengaruhi tingginya konsumsi BBM sebagai dampak naiknya mobilitas dan kebutuhan pada periode Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN). Lebih lanjut, defisit neraca jasa dan neraca pendapatan primer juga lebih tinggi sejalan dengan peningkatan ekonomi domestik dan pola pembayaran dividen pada periode laporan. 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement