REPUBLIKA.CO.ID, Oleh: Erik Hadi Saputra (Kaprodi Ilmu Komunikasi dan Direktur Kehumasan & Urusan Internasional, Universitas AMIKOM Yogyakarta)
Pembaca yang kreatif, sudah hampir dua bulan puteri pertama kami, kakak Khayla Shadrina Erika Saputra, mengikuti pembelajaran di Ponpes Tahfizul Qurán SabahatQu di Pakem Sleman. Namun hingga saat ini saya dan istri selalu membicarakannya.
Sepertinya kami merasakan rindu yang tak berkesudahan. Layaknya kembali ke masa mudanya generasi X (Gen X) dengan saling berkirim surat. Surat yang ditulis itu kemudian difoto dan dikirimkan lewat pesan WhatsApp ustadzah halaqahnya.
Rasanya ingin segera surat yang kami tulis itu dibalas oleh kakak Erika. Dan kebiasaan baru itu akhirnya membuat kami menjadi lebih bisa mengekspresikan perasaan lewat menulisnya.
Kakak Erika sekarang sangat menyukai bercerita lewat tulisan. Cerita dalam tulisan itu bisa inspirasi dirinya selama menempuh pendidikan di ponpes. Buku catatan yang sempat dibeli pada saat penjengukan santri di pertengahan bulan lalu menjadi bagian dari kesenangannya bercerita.
Pembaca kreatif yang masuk Gen X tentu ingat, ketika dahulu menulis diary selama bersekolah di masa tahun 90-an. Semua tersusun rapi dan tidak ada yang boleh membacanya kecuali diizikan oleh penulisnya.
Namun bisa juga satu kisah diary itu diketahui banyak orang karena dibacakan oleh penyiar radio dalam acara yang dikemas khusus hehe. Keyakinan menarik adalah ketika interaksi batin terjadi antara anak dan orang tua.
Pada orang tua yang bersemangat, optimistis, penuh paradigma positif ternyata berdampak juga pada anak yang menuliskan kisahnya di ponpes dengan perasaan senang dan ceria. cerita yang disampaikan dalam surat itu walaupun membacanya seperti mengupas bawang (istilah netizen) hehe, namun terlihat optimistis. Berharap kakak Erika bisa menjaga konsistensinya dan memberi dampak positif untuk pribadi dan circle yang dibangunnya.
Pembaca yang kreatif, beberapa waktu lalu seorang bapak menghampiri saya setelah usai mengisi materi parenting di SMA dan SMK Prestasi Prima Jakarta Timur. Bapak ini menyampaikan rasa penyesalan dikarenakan selalu membicarakan kesulitannya ketika anaknya menyampaikan kebutuhan sekolah.
Terkadang kita mendengar ketika orang tua mengeluhkan biaya yang mereka keluarkan untuk pendidikan anak. Sebenarnya jika kita mau menelaah lebih, memang sudah menjadi tugas orang tua menyiapkan pendidikan terbaik anak-anaknya. Mengeluarkan biaya itu barang tentu tidak sedikit. Namun biarkanlah menuntut ilmu menjadi kegiatan (istilah mudahnya tugas) anak. Dukungan orang tua membuat anak semakin yakin dan kuat meraih impiannya.
Persoalan keuangan biarkanlah menjadi tugas kita sebagai orang tua. tidak perlu menceritakan betapa susahnya kita mencarikan biaya untuk sekolah mereka.
Ada anak sensitif yang tidak ingin merepotkan orang tuanya, kemudian memilih bekerja mandiri dan tidak merepotkan keluarga. Namun ada juga anak yang tidak bisa menerima alasan orang tua. Baginya biaya itu adalah tanggungan orang tua dan sudah seharusnya menyiapkannya.
Kisah seperti ini banyak juga kita dapatkan dalam Sinetron/FTV yang berjudul 'Azab' hehe. Suatu hal yang wajar ketika Dr Wannen Pakpahan, purna kepala sekolah dan pengawas di Jakarta, mengatakan ketika kami bersama dalam forum parenting itu bahwa pendidikan adalah investasi. Orang tua jangan menganggap bahwa dana yang dikeluarkan akan sia-sia. Keberhasilan anak di masa depan akan berdampak positif pada keluarga juga nantinya.
Saya sudah banyak bertanya kepada siswa dalam agenda Achievement Motivation Training (AMT). "Untuk apa? Bahkan untuk siapa mereka mau melakukan dan menaklukkan tantangan untuk meraih impian mereka?" Sebagian besar mereka menuliskan keluarga dan diri sendiri. Jarang sekali saya mendengar mereka mengatakan untuk calon mertua hehe. Menjadi jelas akhirnya bahwa investasi baik yang ditanam membuahkan hasil positif dan kebanggaan di masa depan.
Pembaca yang kreatif, setiap kita memiliki porsi masing-masing. Porsi itu sudah disesuaikan dengan waktu dan kemampuan kita. Saatnya menggunakan semua potensi baik untuk memperoleh hasil terbaik kita di masa depan. Seolah menangis di awal dengan semua tantangan saat ini, dan tersenyum di akhirnya mungkin lebih baik.
Jika kita bandingkan dengan seolah tersenyum saat ini dan pada akhirnya menangis karena tidak sesuai harapan. Walaupun saya akan tetap memilih tersenyum untuk memulainya hingga senyum terbaik di akhirnya hehe. Sehat dan teruslah terinspirasi.