REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Hong Kong pada Selasa (22/8/2023) menentang pelepasan air radioaktif yang telah diolah dari pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima ke laut oleh Jepang. Hong Kong akan segera mengaktifkan kontrol impor makanan laut dari Jepang.
Jepang akan mulai melepaskan lebih dari 1 juta ton air radioaktif dari pembangkit nuklir di Fukushima. Tokyo berkeras bahwa pelepasan air itu aman untuk dilakukan. Pembangkit nuklir Fukushima hancur dalam tsunami 2011. Air radioaktif sebagian besar digunakan untuk mendinginkan reaktor yang rusak. Kendati disetujui oleh pengawas nuklir PBB, rencana untuk membuang air tersebut telah menghadapi tentangan di dalam dan luar negeri, termasuk dari Cina karena kekhawatiran tentang keamanan pangan.
"Pelepasan air itu tidak bertanggung jawab dan menimbulkan risiko terhadap keamanan pangan dan polusi yang tidak dapat diperbaiki serta perusakan lingkungan laut," Kepala Eksekutif Hong Kong, John Lee.
Lee mengatakan, dia telah memerintahkan menteri lingkungan dan ekologi serta departemen terkait untuk segera mengaktifkan kontrol impor guna melindungi keamanan pangan dan kesehatan masyarakat. Pemerintah Hong Kong pada Juli mengumumkan, larangan tersebut akan berlaku untuk produk akuatik impor dari wilayah Jepang, seperti Tokyo, Fukushima, Chiba, Tochigi, Ibaraki, Gunma, Miyagi, Niigata, Nagano, dan Saitama.
Larangan ini mencakup impor produk air hidup, beku, didinginkan, kering, garam laut, dan rumput laut. Hong Kong adalah pasar terbesar kedua untuk ekspor pertanian dan perikanan Jepang setelah Cina daratan
Restoran Jepang populer di wilayah Hong Kong adalah tujuan liburan favorit bagi banyak penduduk. Banyak restoran Jepang di Hong Kong sedang bergulat dengan larangan impor tersebut. Beberapa restoran Jepang rencana untuk menambahkan lebih banyak daging ke dalam menu mereka guna mengantisipasi kerugian hingga 40 persen.