Selasa 22 Aug 2023 20:02 WIB

Wapres Afsel Sebut BRICS Ingin Kurangi Ketergantungan pada Dolar AS

Negara anggota BRICS akan menggelar KTT tiga hari di Johannesburg pada pekan ini.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Logo Aliansi BRICS
Foto: EPA/SERGEI ILNITSKY
Logo Aliansi BRICS

REPUBLIKA.CO.ID, JOHANNESBURG – Wakil Presiden Afrika Selatan (Afsel) Paul Mashatile mengatakan, dalam KTT BRICS ke-15 yang diselenggarakan di Johannesburg pada Selasa hingga Kamis pekan ini (22-24 Agustus 2023), negara anggota akan fokus membahas bagaimana cara mereduksi ketergantungan pada dolar AS. BRICS, yang beranggotakan Brasil, Rusia, India, Cina, dan Afsel, ingin memanfaatkan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan di antara mereka.

“Saat ini dunia memperhatikan blok ini karena blok ini berada di garis depan wacana global, untuk mengurangi ketergantungan pada dolar,” kata Mashatile kepada para pemimpin bisnis dari negara anggota BRICS pada Senin (21/8/2023) malam, dilaporkan Bloomberg.

Baca Juga

Kendati demikian, dia menekankan, BRICS tidak memiliki niat untuk bersaing dengan Barat. “Kami menginginkan ruang kami dalam bisnis global,” ujar Mashatile.

Pada Juni lalu, BNP Paribas sempat menyampaikan dalam catatannya bahwa kondisi sudah siap untuk mengurangi dominasi dolar dalam perdagangan global, bahkan jika prosesnya berlangsung lambat dan bertahap. Pekan lalu Duta Besar Afsel untuk BRICS Anil Sooklal telah menyampaikan bahwa penggunaan mata uang lokal untuk transaksi perdagangan di antara negara anggota akan menjadi salah satu isu yang dibahas dalam KTT BRICS.

Kendati demikian, Sooklal menekankan BRICS tak memiliki agenda untuk mendorong dedolarisasi, yakni penyingkiran dolar AS sebagai alat pembayaran utama dalam transaksi perdagangan internasional. “BRICS tidak menyerukan dedolarisasi. Dolar (AS) akan terus menjadi mata uang global utama, itulah kenyataannya,” ucapnya pada 14 Agustus 2023 lalu.

Dia mengatakan, saat ini sedang berkembang narasi yang menyebut bahwa BRICS anti-Barat dan dibentuk untuk menyaingi G7, yakni organisasi beranggotakan negara-negara maju. “Itu tidak benar,” ujar Sooklal.

Sooklal menekankan BRICS memiliki tujuan mempromosikan negara-negara berkembang dan enggan bersaing dengan kelompok atau blok mana pun. “Apa yang kami upayakan adalah memajukan agenda Global South dan membangun arsitektur global yang lebih inklusif, representatif, dan adil,” katanya.

Presiden Afsel Cyril Ramaphosa mengatakan, selain para pemimpin negara anggota, KTT BRICS juga bakal dihadiri lebih dari 30 kepala negara dan pemerintahan di seluruh Afrika. Ramaphosa menyebut, puluhan negara itu ingin membangun kemitraan antara BRICS dan Afrika. Harapannya agar Afrika dapat membuka peluang peningkatan perdagangan, investasi, dan pembangunan infrastruktur.

Ramaphosa mengatakan, selain para pemimpin Afrika, negaranya juga akan menyambut para pemimpin dari beberapa negara Global South di KTT BRICS. Mereka termasuk para pemimpin dari Karibia, Amerika Selatan, Timur Tengah, Asia Barat, Asia Selatan, dan Asia Tenggara. Presiden Joko Widodo termasuk pemimpin yang akan menghadiri KTT BRICS di Johannesburg.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement