REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) melakukan serangkaian kunjungan kenegaraan ke Afrika sejak Ahad (20/8/2023). Dalam kunjungannya baik ke Kenya dan Tanzania, Jokowi menekankan pentingnya kerja sama negara-negara global south.
Deputi Bidang Protokol, Pers, dan Media, Sekretariat Presiden, Bey Machmudin menjelaskan, Presiden ingin membawa kembali spirit Bandung karena Indonesia memiliki sejarah hubungan yang kokoh dengan negara-negara Afrika.
Akar sejarah Indonesia dan negara-negara Afrika sangat kokoh sejak KAA tahun 1955 dan Gerakan Non-Blok tahun 1961. "Spirit Bandung harus terus diperkuat melalui solidaritas dan kolaborasi antar negara-negara Global South," kata Bey, dikutip pada Rabu (23/8/2023).
Bey mengatakan negara-negara global south memiliki 85 persen populasi dunia. Karena itu, sudah seharusnya para aktor internasional mendengarkan suara dan kepentingan negara-negara tersebut, termasuk kesempatan untuk melakukan lompatan pembangunan.
"Untuk itulah Bapak Presiden mengajak negara-negara berkembang dapat bekerjasama agar terjadi lompatan pembangunan untuk mengurangi kesenjangan ekonomi dan meningkatkan kesejahteraan rakyat di negara-negara tersebut," jelas Bey.
Selain Kenya dan Tanzania, Jokowi juga akan mengunjungi Mozambik serta Afrika Selatan. Namun Bey menegaskan bahwa tidak ada alasan khusus bagi Presiden dalam memilih negara-negara yang akan dikunjunginya itu.
Ia menekankan, semua negara di dunia, termasuk negara-negara di Afrika, memiliki kedudukan yang sama dan memiliki arti penting bagi Indonesia.
"Pemilihan beberapa negara tersebut karena keterbatasan waktu Bapak Presiden dan kesesuaian waktu kepala negara/kepala pemerintahan yang dikunjungi. Setelah menjajaki dan menyesuaikan waktu Bapak Presiden, hanya negara-negara inilah yang dapat dikunjungi," ungkapnya.
Setelah kunjungan kenegaraannya ke sejumlah negara di Afrika, Jokowi akan kembali tiba di Tanah Air pada 25 Agustus mendatang.