REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA---Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) DI Yoygakarta mengimbau agar masyarakat tidak panik mengenai potensi gempa megathrust. Sebab, itu hanya potensi, bukan prediksi.
Wilayah pesisir selatan DIY berada pada jalur subduksi akibat pertemuan lempeng Indo-Australia dan Eurasia yang membentang dari barat Sumatera hingga Pulau Timor. Sehingga jalur ini dikenal sebagai zona megathrust.
Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIY Noviar Rahmad menegaskan, informasi BMKG yang menyatakan sisi selatan DIY berpotensi terjadi megathrust hingga magnitudo 8,7 dan bisa menimbulkan tsunami setinggi lebih dari 3 meter hanyalah potensi.
Sebenarnya, apa itu gempa megathrust?
Dikutip dari laman Esdm.go.id, Rabu (23/8/2023), megathrust merupakan salah satu jenis sumber gempa bumi dengan mekanisme sesar naik dan ukurannya sangat besar yang terbentuk dari proses subduksi (tumbukan) antara dua lempeng tektonik di mana salah satunya menghunjam ke bawah.
Di wilayah Indonesia pada umumnya memiliki kerentanan terhadap gempa bumi, baik yang berasal dari zona subduksi (tumbukan), intraslab (zona dalam pertemuan kerak samudera dan kerak benua), maupun patahan di darat. Namun hingga saat ini belum ada cara untuk memprediksi kejadian gempabumi (tempat, waktu, dan besaran) secara tepat.
Wilayah yang berpotensi mengalami gempa bumi, bisa mulai dari Jakarta. Kemudian dari ujung utara barat pulau Sumatera, Jawa, Bali, Sumbawa, NTT, Sulawesi, Maluku, Papua, memiliki kerentanan terhadap kegempaan.
Jalur megathrust memanjang dari sebelah barat ujung utara Sumatera ke selatan Jawa hingga di selatan Bali dan Nusa Tenggara yang terbagi-bagi ke dalam beberapa segmen, salah satunya segmen di selatan Selat Sunda.
Menurut laman Nrcan, gempa megathrust adalah gempa yang sangat besar yang terjadi di zona subduksi, wilayah di mana salah satu lempeng tektonik bumi terdorong ke bawah lempeng lainnya. Kedua lempeng terus bergerak menuju satu sama lain, namun menjadi "macet" jika itu bersentuhan. Akhirnya penumpukan regangan melebihi gesekan antara dua lempeng dan gempa megathrust besar terjadi.
Gempa megathrust adalah gempa bumi terbesar di dunia. Gempa megathrust di Chili pada tahun 1960, misalnya, pernah berkekuatan 9,5, dan gempa di Alaska pada tahun 1964 berkekuatan 9,2.