REPUBLIKA.CO.ID, STOCKHOLM -- Seorang pemuda melawan pelaku pembakaran Alquran di Swedia, Salwan Momika. Video yang menunjukan pria yang tidak diketahui sosoknya itu menggunakan sarung tinju ini tersebar luas di media sosial.
Dalam klip singkat dari Aljazirah yang dikutip pada Rabu (23/8/2023) terlihat pemuda yang menggunakan jaket olahraga berwarna biru itu mencoba memukul Momika. Serangan itu pun sempat mengenai muka imigran asal Irak ini. Bahkan, Momika pun berhasil ditendang beberapa kali.
Klip lain menunjukan, pria tersebut mendapatkan perlawanan Momika. Malah di satu kesempatan, Momika mengambil sebuah papan menu di depan restoran yang menjadi latar belakang kejadian. Momika yang ketakutan dan berusaha melindungi dirinya sendiri dianggap lucu oleh beberapa penonton karena suara tawa yang terdengar di latar video.
Watch the moment a man in boxing gloves confronts Salwan Momika, the man behind recent Quran burnings that have sparked controversy in Sweden and amongst Muslims worldwide 👇 pic.twitter.com/YIhERxudG0
— Al Jazeera English (@AJEnglish) August 22, 2023
Peristiwa ini kemungkinan besar akibat dari tindakan Momika yang melakukan penistaan terhadap Alquran berulang kali. Insiden penodaan Alquran terbaru terjadi pada 14 Agustus di luar Istana Kerajaan Swedia di ibu kota Stockholm.
Peristiwa ini menandai kejadian kedua dalam beberapa minggu dengan pelaku yang diidentifikasi sebagai Momika dan Salwan Najem. Tindakan ini dilindungi oleh peraturan kebebasan berpendapat di Swedia.
Selama insiden tersebut, Momika dan Najem terlibat dalam penodaan Alquran secara teatrikal sambil menggunakan megafon untuk memprovokasi pengunjuk rasa tandingan. Menurut laporan, beberapa orang dalam kerumunan merespons dengan megafon juga, mengakibatkan kedua pria tersebut sebagian besar ditenggelamkan oleh para pengunjuk rasa tandingan.
Tindakan pembakaran Alquran ini telah banyak mendatangkan penentangan. Bahkan pemerintah Swedia mendapatkan tekanan, termasuk dari Barat, atas gejolak yang muncul.
Pada Maret, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Josep Borrell menyatakan kembali penolakan yang kuat dan tegas terhadap segala bentuk hasutan untuk kebencian dan intoleransi agama. "Penodaan Alquran, atau buku lain yang dianggap suci, adalah ofensif, tidak sopan dan provokasi yang jelas," kata Borrell menegaskan ekspresi rasisme dan intoleransi tidak memiliki tempat di blok Eropa.