Rabu 23 Aug 2023 10:22 WIB

India dan Rusia Bersaing Taklukkan Bulan

Luna-25 jatuh dari orbit, sehingga Rusia gagal menjalankan misinya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Dalam foto yang dirilis oleh Roscosmos State Space Corporation ini, roket Soyuz-2.1b dengan stasiun otomatis pendarat bulan Luna-25 lepas landas dari landasan peluncuran di Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia, pada Jumat, 11 Agustus 2023. Peluncuran pesawat Luna-25 ke bulan akan menjadi yang pertama dilakukan Rusia sejak 1976 ketika menjadi bagian dari Uni Soviet. Pendarat bulan Rusia diperkirakan akan mencapai bulan pada 23 Agustus.
Foto: AP
Dalam foto yang dirilis oleh Roscosmos State Space Corporation ini, roket Soyuz-2.1b dengan stasiun otomatis pendarat bulan Luna-25 lepas landas dari landasan peluncuran di Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia, pada Jumat, 11 Agustus 2023. Peluncuran pesawat Luna-25 ke bulan akan menjadi yang pertama dilakukan Rusia sejak 1976 ketika menjadi bagian dari Uni Soviet. Pendarat bulan Rusia diperkirakan akan mencapai bulan pada 23 Agustus.

REPUBLIKA.CO.ID, BENGALURU -- India dan Rusia bersaing menjalankan misi ruang angkasa untuk mencapai bulan. Misi antariksa India Chandrayaan-3 diperkirakan mendarat di kutub selatan bulan pada Rabu (23/8/2023).

 

Baca Juga

Jika misi antariksa India berhasil, para analis dan eksekutif memperkirakan akan ada dorongan bagi industri luar angkasa yang baru lahir di negara Asia Selatan ini. Sementara misi antariksa Luna-25 milik Rusia, yang diluncurkan kurang dari dua minggu lalu, berada di jalur yang tepat untuk sampai ke bulan terlebih dahulu. Namun Luna-25 jatuh dari orbit, sehingga Rusia gagal menjalankan misinya.

 

Persaingan untuk mencapai wilayah bulan yang sebelumnya belum dijelajahi ini, mengingatkan pada persaingan misi  antariksa pada 1960-an antara Amerika Serikat dan Uni Soviet. Kini ruang angkasa menjadi sebuah bisnis, dan kutub selatan bulan menjadi sebuah hadiah karena adanya air es di sana. Misi ini diharapkan dapat mendukung koloni bulan di masa depan, operasi penambangan, dan misi ke Mars di masa depan.

 

Dengan dorongan dari Perdana Menteri Narendra Modi, India telah memprivatisasi peluncuran ruang angkasa dan berupaya membuka sektor ini bagi investasi asing. Karena India menargetkan peningkatan pangsa pasar peluncuran global sebesar lima kali lipat dalam dekade berikutnya.

 

Jika Chandrayaan-3 berhasil, para analis memperkirakan sektor luar angkasa India akan memanfaatkan reputasi rekayasa biaya yang kompetitif.  Organisasi Penelitian Luar Angkasa India (ISRO) memiliki anggaran hanya sekitar 74 juta dolar AS untuk misi tersebut. Sebagai perbandingan, NASA akan menghabiskan sekitar 93 miliar dolar AS untuk program bulan Artemis hingga 2025.

 

“Saat misi ini berhasil, hal ini akan meningkatkan profil semua orang yang terkait dengannya,” kata konsultan di Institut Studi dan Analisis Pertahanan Manohar Parrikar di New Delhi, Ajey Lele.

 

“Ketika dunia melihat misi seperti ini, mereka tidak memandang ISRO secara terpisah," kata Lele.

 

Di tengah sanksi Barat dan perang di Ukraina, Rusia berhasil meluncurkan misi ke bulan.  Namun beberapa ahli meragukan kemampuan Rusia mendanai penerus Luna-25.  Rusia belum mengungkapkan berapa dana yang dikeluarkan untuk misi tersebut.

 

“Biaya eksplorasi luar angkasa berkurang secara sistematis dari tahun ke tahun,” kata pakar luar angkasa independen dan penulis yang tinggal di Moskow, Vadim Lukashevich.

 

Lukashevich mengatakan, prioritas anggaran Rusia terhadap perang di Ukraina membuat peluncuran kembali Luna-25 sangat tidak mungkin. Rusia telah mempertimbangkan peran dalam program Artemis NASA hingga 2021, ketika Rusia menyatakan akan bermitra dengan Cina dalam misi ke bulan.

 

Cina melakukan pendaratan lunak pertama di sisi jauh bulan pada 2019 dan merencanakan lebih banyak misi serupa. Perusahaan riset luar angkasa Euroconsult memperkirakan, Cina menghabiskan anggaran 12 miliar dolar AS untuk program luar angkasanya pada 2022.

 

Namun dengan membuka dana swasta, NASA telah memberikan pedoman yang diikuti India. SpaceX milik Elon Musk sedang mengembangkan roket Starship untuk bisnis peluncuran satelitnya serta  mengangkut astronot NASA ke permukaan bulan berdasarkan kontrak senilai 3 miliar dolar AS.

 

"Di luar kontrak tersebut, SpaceX akan menghabiskan sekitar 2 miliar dolar AS untuk Starship tahun ini," kata Musk.

 

Perusahaan luar angkasa AS, Astrobotic and Intuitive Machines sedang membangun wahana pendarat di bulan yang diperkirakan akan diluncurkan ke kutub selatan bulan pada akhir tahun ini, atau pada 2024. Sementara perusahaan  Axiom Space dan Blue Origin milik Jeff Bezos sedang mengembangkan penerus Stasiun Luar Angkasa Internasional yang didanai swasta.  Pada Senin (21/8/2023) Axiom mengatakan, pihaknya mengumpulkan 350 juta dolar AS dari investor Saudi dan Korea Selatan.

 

Upaya terakhir India untuk mendaratkan pesawat antariksa gagal pada 2019. Ini adalah tahun yang sama ketika sebuah startup Israel gagal dalam pendaratan di bulan pertama yang didanai swasta. Startup Jepang, ispace juga mengalami kegagalan dalam upaya pendaratannya tahun ini.

 

 “Mendarat di bulan itu sulit, seperti yang kita lihat. Selama beberapa tahun terakhir, bulan sepertinya memakan pesawat luar angkasa," ujar profesor di California Institute of Technology, Bethany Ehlmann, yang bekerja dengan NASA dalam misi 2024 untuk memetakan kutub selatan bulan dan air es di lokasi itu.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement