REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi tiga bulan ke depan curah hujan di DIY rendah. Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas, mengimbau agar pemerintah daerah (pemda) dan masyarakat lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau di 2023 ini.
"BMKG mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat luas untuk lebih siap dan antisipatif terhadap dampak musim kemarau 2023 yang diperkirakan akan lebih kering dibandingkan tahun sebelumnya," kata Reni, Rabu (23/8/2023).
Reni menyebut, diprediksi pada tiga dasarian ke depan yakni dasarian III Agustus hingga dasarian II September 2023, curah hujan di DIY berkisar antara 0–10 milimeter dengan kriteria rendah.
Sedangkan, dalam tiga bulan ke depan, curah hujan di wilayah DIY juga diprediksi rendah. Pada September 2023, curah hujan diperkirakan berkisar 0-20 milimeter (kriteria rendah) dengan sifat hujan seluruhnya Bawah Normal (BN).
Pada Oktober 2023, curah hujan diperkirakan berkisar 0–100 milimeter (kriteria rendah) dengan sifat hujan seluruhnya juga Bawah Normal (BN). Sementara, pada November 2023 curah hujan berkisar 51- 400 milimeter dengan sifat hujan seluruhnya Bawah Normal (BN).
"Curah hujan pada November masuk kriteria rendah hingga tinggi," ujarnya. Perkiraan curah hujan tersebut berdasarkan pengamatan gejala fisis dan dinamika atmosfer-laut terkini yang dilakukan BMKG.
Dari pengamatan yang dilakukan menunjukkan bahwa angin timuran/Monsun Australia masih aktif dan mendominasi wilayah Indonesia. "Angin timuran menunjukkan sebagian besar wilayah Indonesia masih memasuki periode musim kemarau," ungkapnya.
Selain itu, anomali Suhu Muka Laut (Sea Surface Temperature/SST) di perairan selatan Pulau Jawa pada September hingga November 2023 diprediksi dalam kondisi dingin hingga normal (-1,0°C sampai dengan 0,25°C).
Pendinginan SST tersebut diperkirakan meluas hingga perairan selatan Pulau Jawa bagian barat, yang diakibatkan oleh penjalaran SST dingin di perairan barat Sumatra.
Reni juga menyebut indeks El Nino-Southern Oscillation (ENSO) pada awal Agustus 2023 bernilai +1,324 yang mengindikasikan terjadinya fenomena El Nino menengah. Intensitas El Nino tersebut, lanjutnya, diprediksi akan bertahan hingga November 2023.
"Untuk indeks IOD (Indian Ocean Dipole) pada awal Agustus 2023 bernilai +0,52 atau IOD positif. Diperkirakan hingga November 2023 mengindikasikan IOD dalam kondisi positif," jelas Reni.
Untuk itu, ia mengimbau kepada daerah-daerah dengan peluang terjadinya curah hujan rendah agar melakukan langkah antisipasi. Salah satunya dengan memilih budi daya pertanian yang tidak membutuhkan banyak air.
"Waspada juga terhadap kebakaran hutan, lahan dan semak, serta menghemat penggunaan air bersih," katanya.