REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- Kesempurnaan akhlak Nabi Muhammad SAW menjadi teladan bagi umat manusia sepanjang zaman. Salah satu kesempurnaan akhlak beliau nampak dari sikap Rasulullah SAW terhadap tetangga yang tergambar dalam beberapa sabda beliau.
Nabi Muhammad SAW bersabda, "(Malaikat) Jibril senantiasa berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sehingga aku menyangka bahwa tetangga itu berhak menerima warisan." (HR Imam Al-Bukhari dan Muslim)
Nabi Muhammad SAW pernah berwasiat kepada Abu Dzarr, "Wahai Abu Dzarr, jika kamu memasak masakan yang berkuah, maka perbanyaklah airnya dan berilah tetangga-tetanggamu." (HR Imam Muslim)
Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak akan masuk Jannah, orang yang tetangganya tidak merasa aman dari kejahatannya." (HR Imam Muslim)
"Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya berbuat baik kepada tetangganya." (HR Imam Muslim)
Sabda Rasulullah SAW tersebut menggambarkan ajaran, sikap dan akhlak beliau terhadap tetangga. Bahkan Nabi Muhammad SAW juga mengajarkan untuk mendahulukan kepentingan umum dan berlaku lemah lembut kepada orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, "Maukah aku beritahukan kepada kalian orang yang diharamkan masuk neraka dan neraka diharamkan atas orang itu? Neraka itu diharamkan atas orang yang selalu dekat dengan orang lain, suka memudahkan urusan dan berlaku lemah lembut." (HR Imam At-Tirmidzi)
Saking lembut dan baiknya Nabi Muhammad SAW, beliau tidak pernah mengatakan "tidak" terhadap permohonan orang lain. Beliau selalu memberikan apa yang diminta kepadanya.
Sayyidina Umar bin Khattab bercerita, suatu hari seorang laki-laki datang menemui Rasulullah SAW untuk meminta-minta, lalu beliau memberinya. Keesokan harinya, laki-laki itu datang lagi, Rasulullah SAW juga memberinya.
Hari berikutnya, lelaki itu datang lagi dan kembali meminta, Rasulullah SAW pun memberinya. Pada keesokan harinya, lelaki itu datang kembali untuk meminta-minta, Rasulullah lalu bersabda, "Aku tidak mempunyai apa-apa saat ini. Tapi, ambillah yang kau mau dan jadikan sebagai utangku. Kalau aku mempunyai sesuatu kelak, aku yang akan membayarnya."
Sahabat Umar kemudian berkata, "Wahai Rasulullah janganlah memberi di luar batas kemampuanmu."
Namun, Rasulullah tidak menyukai perkataan Umar tersebut. Tiba-tiba, datang seorang laki-laki dari Anshar sambil berkata, "Ya Rasulullah, jangan takut, terus saja berinfak. Jangan khawatir dengan kemiskinan."
Mendengar ucapan laki-laki tadi, Rasulullah SAW tersenyum, lalu beliau berkata kepada Umar, "Ucapan itulah yang diperintahkan oleh Allah kepadaku." (HR Imam Tirmidzi).