Rabu 23 Aug 2023 17:22 WIB

NFA Serukan Gerakan "Selamatkan Pangan" Kurangi Sampah Makanan

Salah satu yang dilakukan ialah penyaluran donasi pangan ke masyarakat yang butuh.

Sampah makanan (ilustrasi).
Foto: ANTARA FOTO/Fauzan
Sampah makanan (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Kewaspadaan Pangan dan Gizi, Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Nita Yulianis mengatakan, saat ini pemerintah sedang menyerukan gerakan "Selamatkan Pangan" untuk menangani permasalahan sampah makanan di Indonesia.

Menurut Badan Pangan Dunia (FAO), 1,3 miliar ton pangan terbuang atau setara sepertiga dari jumlah produksi pangan secara keseluruhan. Data Badan Pangan Nasional menunjukkan rata-rata satu orang di Indonesia membuang 115 - 184 kg sampah makanan per tahun.

Baca Juga

"Kita ingin mendorong melalui gerakan 'Selamatkan Pangan' karena (sebenarnya) food waste masih bisa dimakan, tetapi berpotensi dibuang apabila tidak dimanfaatkan," kata Nita dalam bincang-bincang di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Gerakan "Selamatkan Pangan" dilakukan oleh pemerintah melalui Bapanas bersama mitra lainnya, seperti asosiasi pengusaha dan organisasi nonprofit untuk bersama-sama menangani permasalahan sampah makanan. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah penyaluran donasi pangan kepada masyarakat yang membutuhkan.

"Kebutuhan pangan masyarakat tanggung jawab bersama, yaitu pemerintah, pemerintah daerah, dan juga masyarakat itu sendiri," kata Nita.

Inisiasi tersebut telah dilakukan selama kurang lebih lima tahun dan dinilai dapat mengurangi sampah makanan di Indonesia. Donasi pangan dapat dilakukan oleh masyarakat atau produsen makanan yang memiliki jumlah pangan berlebih untuk disalurkan ke masyarakat pra sejahtera yang membutuhkan.

Menurut Nita, banyak makanan yang akhirnya terbuang karena perilaku konsumtif yang berlebihan. Oleh sebab itu, Nita mengimbau agar masyarakat membeli atau mengambil makanan secukupnya agar makanan tidak berakhir menjadi sampah.

"Kolaborasi dan sinergi secara pentahelix. Jadi, bisnis, komunitas atau masyarakat, dan media melakukan pendekatan untuk menyelamatkan pangan melalui gerakan tersebut," kata Nita.

 

 

sumber : ANTARA
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement