Rabu 23 Aug 2023 18:49 WIB

Hujan tak Turunkan Polusi Jakarta

Jakarta mengalami masalah polusi udara serius.

Pengendara motor terkena air yang disemprotkan oleh mobil kepolisian di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Penyemprotan di sekitar jalan protokol tersebut sebagai upaya untuk membersihkan debu-debu yang bertebaran di jalanan akibat polusi udara.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pengendara motor terkena air yang disemprotkan oleh mobil kepolisian di Jalan Jenderal Sudirman, Jakarta, Rabu (23/8/2023). Penyemprotan di sekitar jalan protokol tersebut sebagai upaya untuk membersihkan debu-debu yang bertebaran di jalanan akibat polusi udara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Bidang Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup (DLHK) Provinsi DKI Jakarta Erni Pelita Fitratunnisa mengatakan, hujan dengan intensitas yang tidak besar belum dapat berpengaruh untuk menurunkan konsentrasi polutan di udara.

"Kalaupun saat ini ada hujan yang intensitasnya tidak terlalu besar, belum dapat berpengaruh untuk mengubah atau menurunkan konsentrasi polutan di udara," katanya dalam acara daring Forum Diskusi Denpasar 12 bertajuk "Perbaikan Kualitas Udara di Kota-Kota Besar Indonesia" di Jakarta, Rabu (23/8/2023).

Baca Juga

Erni mengatakan, berdasarkan Stasiun Pengukur Kualitas Udara (SPKU) di lima wilayah kota administrasi dan juga mobile station, tercatat per Rabu pukul 14.00 WIB kualitas udara di Jakarta Pusat, Jakarta Barat, Jakarta Selatan, dan Jakarta Utara, memiliki indeks di bawah 100 atau menunjukkan kondisi sedang.

"Di empat SPKU yang ada di Jakarta Pusat, Barat, Selatan, dan Utara, itu semua (indeksnya) di bawah 100," katanya.

Sementara di Jakarta Timur, yakni di wilayah Lubang Buaya, memiliki indeks 105 atau kondisi udara tidak sehat. Pihaknya mencatat hal tersebut karena terdapat sejumlah aktivitas yang memengaruhi hasil pengukuran kualitas udara di Lubang Buaya.

"Salah satunya dalam radius sekitar 300 sampai 350 meter itu ada kegiatan home industry yang bahan bakarnya menggunakan arang. Penggunaan arang sangat berpengaruh terhadap hasil pengukuran kualitas udara dari SPKU di Lubang Buaya. Kemudian ada kegiatan pembangunan jalan, sehingga debu dan lain sebagainya juga berpengaruh," katanya.

 

 

sumber : Antara
BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement