REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Pernyataan Badan Transportasi Udara Federal Rusia Rosaviatsia menyatakan, salah satu pendiri Wagner Dmitry Utkin menjadi korban pesawat jatuh di wilayah Tver barat laut Rusia pada Rabu (23/8/2023). Kecelakaan udara ini pun membunuh bos dari kelompok paramiliter Rusia Yevgeny Prigozhin.
Rosaviatsia menyatakan, terdapat 10 korban jiwa yang meninggal dalam kecelakaan pesawat Embraer, tiga di antaranya merupakan awak pesawat. “Penerbangan pesawat Embraer-135 (EBM-135BJ) dilakukan berdasarkan izin penggunaan wilayah udara yang diterbitkan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan,” ujarnya dikutip dari Anadolu Agency.
Badan tersebut awalnya mengumumkan, bahwa komisi yang dibentuk khusus memulai penyelidikan. Dalam laporan itu mengindikasikan bahwa ada tujuh penumpang dan tiga awak di dalam pesawat milik MNT-Aero LLC yang melakukan perjalanan dari Moskow ke St.Petersburg.
Rosaviatsia mulai menyelidiki dari lokasi kejadian dan mengumpulkan materi faktual tentang pelatihan awak, kondisi teknis pesawat, situasi meteorologi di rute penerbangan, pekerjaan layanan pengiriman, dan peralatan radio darat. “Pada tahap penyelidikan ini, para spesialis juga harus mencari alat kendali obyektif di dalam pesawat untuk menguraikan dan menganalisis catatan kotak hitam,” katanya.
Kementerian Situasi Darurat Rusia mengatakan dalam pesan Telegram, bahwa pesawat itu jatuh di dekat desa Kuzhenkino. Komite Investigasi Rusia juga mengatakan di Telegram, bahwa telah memulai kasus pidana atas dasar “pelanggaran peraturan keselamatan lalu lintas dan pengoperasian transportasi udara.
Utkin merupakan pemimpin Korps Slavonic yang merupakan cikal-bakal kelompok bayaran Wagner. Kelompok ini dikabarkan membantu pemerintah Suriah dalam menghadapi serangan ISIS.
Sebelum mendirikan kelompok itu, Uktin adalah Komandan dari 700th Special Forces Unit dari 2nd Separate Special Forces Brigade. Pasukan ini berada di bawah komando Kementerian Pertahanan Rusia.
Utkin menjadi komandan dari pasukan tentara bayaran bagian dari Grup Wagner pada 2014, usai ditahan pemerintah Rusia. Pasukan yang dipimpinnya pun sering beroperasi di Donbas, Luhansk, Donetsk, dan Semenanjung Krimea.