Kamis 24 Aug 2023 13:45 WIB

Jepang Mulai Buang Air Limbah Radioaktif PLTN Fukushima ke Laut

IAEA telah menyetujui rencana pembuangan tersebut pada 4 Juli 2023 lalu.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
 Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022.
Foto: Kyodo News via AP
Foto udara ini menunjukkan pembangkit listrik tenaga nuklir Fukushima Daiichi di kota Okuma, prefektur Fukushima, utara Tokyo Kamis, 17 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO – Jepang telah memulai proses pembuangan air limbah radioaktif Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima ke Samudra Pasifik, Kamis (24/8/2023). Meski telah diizinkan Badan Energi Atom Internasional (IAEA), keputusan pembuangan itu telah memantik penentangan, terutama dari Cina.

Dalam video langsung dari ruang kendali di PLTN Fukushima, Tokyo Electric Power Company (TEPCO) menunjukkan seorang anggota staf mengaktifkan pompa pembuangan ke laut. “Pompa Air Laut A diaktifkan,” kata operator utama.

Baca Juga

TEPCO kemudian mengonfirmasi bahwa pompa air laut telah diaktifkan pada pukul 13.03 waktu setempat. TEPCO mengatakan, pompa pelepasan air limbah radioaktif tambahan diaktifkan 20 menit setelah pompa pertama beroperasi. Mereka mengungkapkan bahwa sejauh ini semua proses berjalan lancar.

Pompa yang telah diaktifkan mengirimkan kumpulan pertama air yang telah diencerkan dan diolah dari kolam pencampuran ke kolam sekunder 10 menit kemudian. Aliran air bergerak melalui terowongan bawah laut yang terhubung dan keluar sejauh satu kilometer dari pantai. Para pejabat mengatakan, air bergerak dengan kecepatan berjalan kaki dan akan memakan waktu sekitar 30 menit untuk keluar dari terowongan.

Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi mengatakan, tim dari lembaganya diterjunkan langsung ke lapangan untuk memantau proses pembuangan. “Para ahli IAEA berada di lapangan untuk menjadi mata komunitas internasional dan memastikan bahwa pelepasan dilakukan sesuai rencana sesuai dengan standar keselamatan IAEA,” ujarnya.

IAEA mengungkapkan, mereka akan meluncurkan halaman web untuk menyediakan data langsung mengenai pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. IAEA menegaskan, tim pakarnya akan hadir di lokasi selama proses pembuangan berlangsung.

Direktur Pusat Penelitian Radiasi, Pendidikan, dan Inovasi di Universitas Adelaide Tony Hooker mengatakan, air limbah radioaktif PLTN Fukushima yang dilepaskan ke laut aman. “Ini jelas jauh di bawah pedoman air minum Organisasi Kesehatan Dunia. Ini aman,” ujarnya.

Dia pun mengomentari tentang risiko radiasi yang bergulir selama Jepang merencanakan pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima. “Pembuangan radiasi ke laut adalah isu yang sangat politis. Saya memahami kekhawatiran masyarakat dan itu karena kami sebagai ilmuwan belum menjelaskannya dengan baik, dan kami perlu melakukan lebih banyak pendidikan,” katanya.

Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida mengatakan, pembuangan air limbah radioaktif PLTN Fukushima sangat diperlukan dan tidak dapat ditunda. Dia mencatat bahwa percobaan penghilangan sejumlah kecil puing-puing yang meleleh dari reaktor No.2 direncanakan akan dilakukan akhir tahun ini dengan menggunakan lengan robot raksasa yang dikendalikan dari jarak jauh.

Penentangan Cina

Pemerintah Cina telah berulang kali mengkritik dan memprotes rencana Jepang membuang air limbah radioaktif PLTN Fukushima ke laut. Beijing menilai, langkah Jepang tersebut egois dan tak bertanggung jawab.

Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Cina Wang Wenbin mengatakan, dengan ditetapkannya waktu untuk membuang air limbah PLTN Fukushima pada Kamis, Jepang telah mengabaikan kekhawatiran dan penentangan kuat dari komunitas internasional.

“Ini sangat egois dan tidak bertanggung jawab karena pembuangan akan menyebarkan risiko kontaminasi nuklir ke seluruh dunia,” ujarnya dalam pengarahan pers, Selasa (22/8/2023), dikutip laman resmi Kemenlu Cina.

 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement