REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Kualitas udara di sejumlah daerah semakin memperihatinkan. Menurut Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman Pemprov Jabar, Indra Maha, perumahan dan permukiman di Jabar harus mulai memperhatikan aspek lingkungan dalam penggunaan listrik. Salah satu cara yang dapat dilakukan, dengan mengalihkan sumber energi ke tenaga surya.
"Kita butuh perbaikan dalam lingkungan. Kita mengimbau menggunakan PLTS (Pembangkit Listrik Tenaga Surya)," ujar Indra ketika ditemui dalam kegiatan Hari Perumahan Nasional di Kota Bandung, pada Kamis (24/8).
Indra mengatakan, pengalihan sumber energi sudah harus mulai dilakukan. Karena, batubara yang jadi sumber listrik ternyata menghasilkan karbon dengan jumlah tinggi dan mengakibatkan meningkatnya temperatur atau suhu udara.
"Listrik yang menggunakan batubara menghasilkan karbon. Ada peningkatan temperatur. Itu yang kita coba cegah, salah satunya melalui penggunaan tenaga surya," katanya.
Namun, Indra mengakui teknologi untuk memanfaatkan tenaga surya masih cukup mahal. Tapi, untuk menciptakan kondisi lingkungan yang lebih baik bagi generasi mendatang, pengalihan sumber energi ke tenaga surya harus mulai digalakkan.
Selain pemanfaatan sumber energi tenaga surya, kata Indra, hal lain yang mendesak dan terus diupayakan untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik adalah memperbaiki saluran pembuangan air di perumahan dan permukiman.
"Maka kita sekarang mengupayakan ada perbaikan sanitasinya. Misalnya buat komunal dan sebagainya," katanya.
Indra menjelaskan, sepanjang 2018 hingga 2023 sudah ada 11.425 rumah tak layak huni yang diperbaiki oleh Pemprov Jabar. Total anggaran yang dihabiskan untuk memperbaiki rumah tak layak huni itu mencapai angka Rp 1,8 triliun.
"Ini salah satu upaya kami, dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam meningkatkan RTH tersebut," katanya.
Sementara menurut Sekda Jabar, Setiawan Wangsaatmaja, kondisi lingkungan berpengaruh hingga 40 persen bagi kondisi kesehatan masyarakat. Setiawan berharap, dinas terkait dapat berupaya menciptakan perumahan dan permukiman yang ramah terhadap lingkungan.
"Kalau dikerjakan dengan baik, (kondisi lingkungan) akan menyumbang 40 persen terhadap derajat kesehatan masyarakat. Layanan kesehatan seperti rumah sakit, Puskesmas itu hanya 20 persen," katanya.