REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Kepala Dinas Pertanian, Pangan, dan Perikanan Kabupaten Sleman, Suparmono, mengatakan bahwa fenomena El Nino dapat menjadi tantangan terhadap sektor pertanian. Suparmono mengatakan pihaknya telah melakukan langkah antisipasi untuk mempercepat sosialisasi kepada masyarakat pertanian di Kabupaten Sleman.
"Pada tanggal 15 Maret 2023, melaksanakan Temu Mitra tembakau dengan menghadirkan narasumber di antaranya dari BMKG untuk menyampaikan terkait prediksi iklim di Kabupaten Sleman," kata Suparmono kepada Republika, Kamis (24/8/2023).
Ia berharap kegiatan yang dihadiri oleh perwakilan petani tembakau tersebut akan lebih memberikan kepastian kepada masyarakat petani tembakau dalam mempersiapkan pertanaman yang akan mereka lakukan. Menurutnya musim kemarau bagi sebagian besar komoditas pertanian, peternakan, dan perikanan memang memiliki dampak yang kurang menguntungkan, namun untuk tanaman tembakau, musim kemarau memberikan dampak positif bagi pertumbuhan tembakau terutama pada pengisian nikotin yang bisa lebih optimal.
Kemudian langkah antisipasi dampak musim kemarau juga dilakukan untuk komoditas tanaman pangan. Pemkab Sleman telah melakukan Gerakan Percepatan Tanam Padi di wilayah Sumberadi Mlati Sleman yang dihadiri Bupati Sleman, Kustini Sri Purnomo pada 29 Maret 2023 lalu.
"Gerakan tersebut kemudian diikuti oleh 7 UPTD BP4 yang lain sehingga diharapkan kegiatan percepatan tanam padi dapat diikuti oleh masyarakat luas," ucapnya.
Kemudian dalam rangka mengamankan produksi cabai dan hortikultura lainnya, Pemkab Sleman juga telah mengadakan Bimbingan Teknis Pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman yang dilaksanakan di Titik Kumpul Kebonagung, Tridadi, Sleman pada 13 - 14 April 2023. Kegiatan tersebut menghadirkan sejumlah narasumber dari BMKG untuk menyampaikan materi terkait kondisi iklim di tahun 2023 beserta dampak yang mungkin ditimbulkan.
Pada kesempatan tersebut dihadirkan perwakilan petani komoditas hortikultura se-Kabupaten Sleman.
"Tujuan dilaksanakan kegiatan tersebut adalah agar petani hortikultura mampu melakukan antisipasi terhadap fenomena El Nino yang dihadapi dengan melakukan pemilihan komoditas secara tepat dan mengantisipasi terjadinya serangan organisme pengganggu tanaman yang mungkin terjadi," ungkapnya.
Suparmono mengatakan langkah-langkah tersebut diharapkan petani dapat meningkatkan ketahanan mereka terhadap dampak El Nino dan menjaga produktivitas sektor pertanian. Sebab menurutnya penting bagi petani untuk melakukan perencanaan yang baik dan beradaptasi dengan perubahan iklim guna menjaga keberlanjutan sistem usaha tani yang mereka lakukan.
Kemudian pada Sub Sektor Peternakan, dampak kekeringan dapat berpengaruh pada penurunan produktivitas ternak. "Hal ini juga disebabkan karena kelangkaan ketersediaan dan kualitas hijauan pakan yang semakin menurun," kata dia.
Ia menuturkan bahwa stres akibat panas dan kelembaban dapat mengubah fisiologi ternak, serta membuat ternak lebih rentan terhadap penyakit dan stress. Ia juga mengatakan bahwa untuk ternak besar penyakit yang sering muncul adalah Bovine Ephemeral Fever (BEF) atau demam tiga hari.
Penyakit tersebut menular pada ternak sapi dan kerbau. Sedangkan pada unggas penyakit yang biasa muncul pada musim kemarau adalah Chronic Respiratory Disease (CRD) atau penyakit pernafasan kronis.
"Upaya yang dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan melakukan pelatihan pembuatan pakan seperti silase untuk persediaan atau cadangan pakan pada musim kemarau, pembuatan sumur dangkal di wilayah yang terindikasi kekurangan air serta rutin melaksanakan pelayanan Kesehatan Hewan Terpadu di setiap kelompok ternak," ungkapnya.
Di sub sektor perikanan, Pemkab Sleman juga melakukan langkah antisipasi untuk meminimalisasi dampak kekeringan pada budidaya ikan. salah satu upaya yang dilakukan yaitu pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan.
"Pengurangan padat tebar ikan yang dibudidayakan bisa menghindari stress dan menjaga kualitas air," kata dia.
Upaya lain yaitu pemanfaatan teknologi budidaya nila dengan sistem bioflok. Pada teknologi ini budidaya ikan mampu menghemat pemakaian air karena menggunakan water close system yang memungkinkan tidak melakukan penggantian air paling tidak selama dua siklus budidaya
"Melakukan pergantian pola tebar ikan dari ikan bersisik ke budidaya ikan non sisik (seperti lele dan patin). Hal ini disebabkan karena karakteristik ikan non sisik cenderung tidak memerlukan air yang cukup banyak sebagai media hidupnya," ucap dia.
Kemudian upaya lainnya yaitu penggunaan multivitamin dan probiotik pada sistem budidaya untuk meningkatkan kekebalan tubuh terhadap potensi serangan penyakit ikan. Suparmono menjelaskan, kebijakan penanganan dampak kekeringan yang dilakukan, diupayakan tidak hanya bersifat insidental namun bersifat jangka panjang, berkesinambungan dan terencana.
"Dengan langkah ini diharapkan dapat mengurangi jumlah wilayah yang terdampak kekeringan di musim kemarau setiap tahunnya," katanya.
Ia menambahkan, pada tahun 2023 ini, Dinas Pertanian, Pangan dan Perikanan, juga telah membagikan 53 unit pompa air kepada petani. Selain itu telah dipersiapkan bantuan melalui DAK Fisik Pertanian berupa pembangunan Irigasi Air Tanah Dangkal (IATD) sebanyak 5 unit, sumur dangkal 35 unit serta Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier sebanyak 34 unit dengan total alokasi anggaran mencapai 8,7 M.
"Sebagai Langkah antisipatif, untuk wilayah tadah hujan seperti wilayah Prambanan, diharapkan petani mampu melakukan upaya penyimpanan air atau panen air. Sebagai bentuk kearifan lokal , dengan membuat bangunan penampung air yang biasa disebut embung cluwek," ungkapnya.
Selain itu tahun 2023 ini juga telah dibangun fasilitas embung cluweg sebanyak 4 unit di kelompok tani Wukirsari, Sambisari dan Gayamharjo. Dengan bantuan-bantuan tersebut, diharapkan mampu meringankan petani dalam upaya untuk mempertahankan tanaman sehingga mendapatkan hasil yang optimal dalam usaha tani yang dilakukan.