REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- The 3rd Annual ASEAN International Conference Energy and Environment (AICEE) kembali digelar. Adapun ketiga kalinya ini bertujuan mendorong kolaborasi di antara para akademisi, pembuat kebijakan, dan pakar industri untuk mengatasi tantangan energi dan lingkungan di kawasan ASEAN.
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Republik Indonesia menggandeng ASEAN Center for Energy (ACE) untuk gelar AICEE ke-3. Dengan tema ‘Accelerating a Just, Secure and Resilient Energy Transition in ASEAN through Innovation and Interconnectivity’, AICEE tahun ini memiliki arti penting karena diselenggarakan bertepatan dengan ASEAN Energy Business Forum (AEBF) dan ASEAN Ministers on Energy Meeting ke-41 (AMEM-41), menciptakan lingkungan yang sinergis bagi kolaborasi antar disiplin dan berbagai pihak di ASEAN.
Manager ACE dan Chairman AICEE ke 3, Zulfikar Yurnaidi mengatakan inti dari konferensi ini yakni ASEAN Plan of Action for Energy Cooperation (APAEC) Tahap II: 2021-2025, sebuah cetak biru regional untuk kerja sama energi yang diimplementasikan oleh ACE.
“Merangkul transisi energi sebagai elemen landasan untuk mencapai keamanan energi regional dan kelestarian lingkungan adalah prinsip utama APAEC. Tema konferensi tahun ini mencerminkan komitmen kami untuk membangun jalur energi yang berkelanjutan bagi ASEAN,” ujarnya, Kamis (24/8/2023).
Dia menuturkan bila dengan lebih dari 150 abstrak yang masuk dan hampir 100 presentasi makalah, konferensi AICEE tahun ini menjanjikan serangkaian topik yang mencerminkan beraneka ragam sifat energi dan permasalahan lingkungan.
“Topik-topik yang diangkat yakni, pertama, transisi energi dan teknologi baru yang sedang berkembang. Kedua, interkoneksi: keamanan dan aksesibilitas. Ketiga, keberlanjutan, rekayasa, dan infrastruktur. Keempat, penetapan harga karbon dan investasi hijau. Kelima, energi dan digitalisasi. Dan keenam, lingkungan, kebijakan, dan sosial ekonomi,” ucapnya.