REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) saat ini kembali menahan level suku bunga acuan sebesar 5,75 persen. Ekonom Center of Reform on Economics (Core) Yusuf Rendy Manilet memproyeksikan kebijakan yang sama masih berpeluang dilakukan hingga akhir 2023.
Meskipun begitu, Yusuf menuturkan kebijakan tersebut berpeluang dilakukan jika faktor-faktor tertentu terpenuhi. “Selama indikator inflasi itu berada pada range yang ingin dicapai dan di saat yang bersamaan nilai tukar rupiah berada pada target maka saya kira BI masih berpeluang untuk menahan suku bunga acuannya pada level yang sama hingga akhir tahun nanti,” kata Yusuf kepada Republika.co.id, Jumat (25/8/2023).
Bahkan, Yusuf optimistis BI masih akan menahan level suku bunga meskipun Bank Sentral AS masih akan agresif hingga akhir tahun ini. Bank Sentral AS diproyeksikan masih akan menaikkan suku bunga acuannya dua kali hingga akhir tahun nanti.
“Meskipun demikian, saya kira kalau melihat langkah BI yang selama ini menjaga level suku bunga acuan tetap meskipun Bank Sentral AS sudah meningkat suku bunganya ini bisa kembali berlanjut pada semester kedua tahun ini,” ungkap Yusuf.
Untuk itu, Yusuf menilai langkah Bank Indonesia dalam mempertahankan suku bunga sudah relatif tepat. Dia menuturkan, instrumen suku bunga acuan BI merupakan salah satu instrumen yang mempengaruhi dinamika pemulihan ekonomi di dalam negeri.
“Kebijakan BI mempertahankan suku nunga acuan itu juga akan ikut mempengaruhi kelanjutan dari proses pemulihan ekonomi,” tutur Yusuf.
Dia menegaskan, suku bunga acuan merupakan salah satu indikator murah atau mahalnya ongkos pembiayaan. Terutama ongkos pembiayaan yang berasal dari instrumen di pasar keuangan.
Dengan suku bunga yang tetap, Yusuf menilai maka ongkos pembiayaan yang bisa didapatkan dari pasar keuangan setidaknya berada pada posisi yang sama. “Ini artinya tidak lebih mahal dan tentu dengan kondisi ini diharapkan industri ataupun lapangan usaha bisa tetap menjaga ritme pemulihan dan memanfaatkan hal ini untuk misalnya melakukan ekspansi usaha,” jelas Yusuf.
Meskipun ekonomi global masih bergejolak, BI tetap menahan suku bunga acuan. Gubernur BI Perry Warjiyo menuturkan suku bunga acuan tetap dipertahankan pada level 5,75 persen.
"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 23 dan 24 Agustus 2023, memutuskan untuk mempertahankan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,75 persen," kata Perry dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Agustus 2023, Kamis (24/8/2023).
Dia menambahkan, suku bunga deposit facility juga tetap sebesar 5,00 persen. Lalu juga suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,50 persen.
"Keputusan ini konsisten dengan stance kebijakan moneter untuk memastikan inflasi tetap terkendali dalam kisaran tiga plus minus satu persen pada sisa 2023," ujar Perry.