REPUBLIKA.CO.ID, SUKOHARJO -- Seorang dosen UIN Raden Mas Said (RMS) Solo ditemukan tewas di salah satu perumahan di Desa Tempel, Gatak, Sukoharjo, Kamis (24/8/2023) sekitar pukul 13.32 WIB. Ayah korban, Muhammad Hasil Tamsil meminta pihak kampus menjembatani dalam mengurus kasus tersebut. Pasalnya, pihak keluarga keterbatasan akses karena tinggal di Mataram, NTB.
"Saya nggak bisa bolak-balik kemari. Saya mohon kepada lembaga untuk menjembatani saya. Mataram-Solo cukup menyita waktu dan penerbangan tidak ada setiap saat," kata Tamsil, Jumat (25/8/2023).
Meskipun telah ikhlas dengan kepergian korban. Pihaknya tetap minta polisi mengusut tuntas kasus tersebut. "Tapi karena ini masalah kriminalitas saya mohon kepada bapak polisi, diusut tuntas pak. Ini masalah kejahatan," katanya.
Sementara itu, Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) UIN Solo Muhammad Rahmawan Arifin atau akrab disapa Ivan mengatakan pihak kampus belum bisa memberikan keputusan terkait permintaan keluarga korban tersebut.
"Kami belum bisa mengambil keputusan apa pun terkait hal ini, yang selama ini secara ofisial kita belum dapat laporan dari pihak kepolisian," katanya.
Pihaknya juga mengatakan masih akan membahas dengan stakeholder kampus terkait langkah-langkah apa saja yang akan diambil ke depannya. "Selanjutnya nanti akan kita bicarakan dengan rektorat dan kampus bagaimana langkah-langkah berikutnya," katanya.
Sebelum, Sebelumnya, Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit membenarkan kejadian penemuan mayat atas nama W (34) pada Kamis (24/7/8/2023) sekitar pukul 13.32 WIB. "Saya membenarkan, Informasi dari Polsek pukul 13.32 WIB (penemuan mayatnya)," kata Kapolres Sukoharjo AKBP Sigit, Kamis (24/8/2023).
Sigit juga menjelaskan dari informasi yang diterirma didapati tanda-tanda kekerasan pada tubuh korban. "Ada tanda-tanda kekerasan, sementara ini saya belum melihat secara detail. Untuk sementara info dari tetangga seperti itu," katanya.