REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Syekh Muhammad Nawawi bin Umar al-Banteni di dalam kitab Nashaihul Ibad menjelaskan agar seseorang termasuk golongan orang beriman, maka hindari tiga sikap ini. Sebagaimana diriwayatkan Malik bin Dinar, seorang ulama abad ke-2 Hijriyah.
Malik bin Dinar berkata, "Agar kamu termasuk golongan orang-orang yang beriman, maka hindarilah tiga sikap dengan tiga cara. Yaitu hindarilah sikap sombong dengan cara tawadhu. Hindarilah sikap tamak dengan cara qana'ah. Hindarilah sikap dengki dengan cara nasihat." (Nashaihul Ibad)
Manusia harus dapat menghindari tiga perkara yang dicela dengan tiga perkara yang dipuji. Supaya tercermin hakikat iman yang sebenarnya seperti orang-orang mukmin.
Sombong adalah sikap yang mengagungkan atau membesarkan diri sendiri, dan memandang orang lain lebih rendah. Kebalikan dari sikap sombong adalah tawadhu. Sombong terjadi sebagai akibat dari adanya kedudukan, sedangkan ujub atau pamer itu terjadi akibat adanya keutamaan.
Tamak adalah sikap yang selalu merasa kurang atau merasa belum cukup dengan apa yang dimilikinya. Sedangkan qana'ah merasa puas atau cukup terhadap segala yang dimilikinya.
Sedangkan hasud atau dengki adalah sikap yang selalu mengharapkan hilangnya kenikmatan orang yang didengkinya, agar kenikmatan itu berpindah pada dirinya. Adapun nasihat adalah mendorong berbuat kebaikan dan melarang berbuat dosa.
Dalam sebuah hadits, Nabi Muhammad SAW menerangkan, "Tidak akan bersatu untuk selamanya antara iman dan dengki di dalam rongga seorang hamba."
Mengenai yang dimaksud dengan iman dalam hadis tersebut adalah iman kepada takdir Allah.
Muawiyah bin Abu Sufyan pernah mengatakan, "Aku sanggup untuk menjadikan semua orang ridho kepadaku, kecuali orang yang dengki terhadap nikmatku, sesungguhnya orang yang dengki tidak akan merasa puas sebelum nikmat itu hilang dariku."
Salah seorang penyair juga telah menyatakan dari Baha Thawil. "Setiap orang dapat kubuat puas tapi orang yang dengki kepadaku sulitlah bagiku membuatnya puas, dan berat rasanya mencapai kepuasan itu."
Bagaimana seseorang dapat membuat puas orang yang dengki terhadap nikmatnya, apabila si dengki itu sendiri memang tidak pernah puas kecuali nikmat itu hilang dari pemiliknya. Dilansir dari kitab Nashaihul Ibad yang diterjemahkan Abu Mujaddidul Islam Mafa dan diterbitkan Gitamedia Press, 2008.