REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Universitas Islam Bandung (Unisba) mewisuda 1.700 orang di Aula Unisba, pada Sabtu-Ahad (26-27/08/2023). Yakni, terdiri dari doktor, magister, profesi dan sarjana gelombang II tahun akademik 2022-2023. Pada wisuda kali ini, jumlah lulusan yang dilantik Unisba terdiri dari Doktor 21 wisudawan, Magister 147 wisudawan, Profesi 134 wisudawan, dan Sarjana 1.398 wisudawan.
Lulusan terbaik dengan IPK tertinggi diraih oleh Syahla Anisah dari Prodi Statistika FMIPA dengan IPK 3,98, lulusan tercepat adalah Nadira Ramadhani Juhana dari Prodi Manajemen FEB dalam waktu 3 tahun 4 bulan 20 hari, dan lulusan termuda yaitu Hafiz Naufal Ilmi dari Prodi Ekonomi Pembangunan FEB yang menyelesaikan studi di usia 20 tahun 8 bulan 20 hari.
Menurut Rektor Unisba, Prof Dr H Edi Setiadi SH MH, kelulusan sebagai mahasiswa bukan lah akhir dari pembelajaran. Karena dalam tuntutan agama Islam seorang muslim harus belajar sepanjang hayat.
“Saya ingatkan berkali-kali dalam berbagai kesempatan, janganlah puas dengan ilmu yang telah kita peroleh, karena ilmu Allah tidak bertepi. Banyak hikmah-hikmah Allah yang belum bisa manusia ungkap. Untuk itu diperlukan pembelajar sejati. Teruslah belajar dari kehidupan,” ujar Prof Edi.
Dia mengatakan, masa sekarang adalah masa yang penuh ketidakpastian. Maka dari itu, Rektor berpesan, untuk menatap masa depan dan memiliki keyakinan untuk sukses dalam meraih masa depan.
Menurutnya, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, pergeseran pada sektor lapangan kerja dan tuntutan baru dibidang penguasaan kompetensi harus dapat diantisipasi secara cermat dan akurat.
"Bahkan, peluang dan tantangan kerja ditingkat lokal, domestik, dan internasional harus di identifikasi dan dijadikan rujukan dalam memilih program yang akan dilaksanakan,” katanya.
Prof Edi mengatakan, para lulusan harus mempertimbangkan dua hal penting dalam menghadapi tantangan saat ini, yaitu bonus demografi dan era industri 4.0. Bonus demografi harus bisa dimanfaatkan dengan menciptakan inovasi-inovasi dan produktifitas.
“Karena apabila gagal memanfaatkan bonus demografi ini maka kehancuran sebagai suatu bangsa akan cepat datangnya,” katanya.
Sedangkan pada revolusi industri 4.0 yang selalu menghadirkan tantangan baru, Prof Edi berpesan agar dapat direspon dengan tepat. Softskill dalam proses pendidikan, merupakan sesuatu yang sangat penting. Sikap, kepribadian, dan motivasi adalah hal yang membangun softskill.
“Maka seimbangkan lah hardskill dengan softskill. Dan saya percaya melalui pendidikan di Unisba, wisudawan akan memiliki dua hal penting ini yang dalam tujuan Unisba akan menjadikan wisudawan sebagai sarjana yang kompeten dan berakhlakul karimah," katanya.
Dalam menghadapi tantangan ke depan spirit 3M (mujahid, mujtahid dan mujaddid), kata Prof Edi, harus tetap diasah dan menjadi dasar pijakan yang kuat. "Inilah kunci keberhasilan lulusan Unisba,” katanya.
Prof Edi berpesan, untuk memperlakukan ibu kandung dengan perlakuan yang mulia, serta menghindari dan menjauhi perkataan yang keras apalagi kasar.
“Satu kali saja hati ibu kita tergores maka surga bukan milik kita lagi. Meninggalnya ibu kita, maka hilanglah satu keberkahan di dunia ini. Sekali lagi saya berpesan hormati, dan muliakan ibumu,” katanya.