Ahad 27 Aug 2023 09:34 WIB

Kekalahan yang Membanggakan

Skuad U-23 di Piala AFF dan SEA Games 2023 adalah pondasi kokoh timnas Indonesia.

Ketua Umum PSSI Erick Thohir (tengah atas) didampingi Ketua Umum NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari (keempat kanan atas) berfoto bersama pemain Timnas U-23 Indonesia usai penganugerahan medali Piala AFF U-23 2023 di Rayong Provincial Stadium, Thailand, Sabtu (26/8/2023). Timnas U-23 Indonesia runner up Piala AFF U-23 usai kalah dari Vietnam pada adu penalti dengan skor 5-6.
Foto: ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto
Ketua Umum PSSI Erick Thohir (tengah atas) didampingi Ketua Umum NOC Indonesia, Raja Sapta Oktohari (keempat kanan atas) berfoto bersama pemain Timnas U-23 Indonesia usai penganugerahan medali Piala AFF U-23 2023 di Rayong Provincial Stadium, Thailand, Sabtu (26/8/2023). Timnas U-23 Indonesia runner up Piala AFF U-23 usai kalah dari Vietnam pada adu penalti dengan skor 5-6.

Oleh : Endro Yuwanto/Jurnalis Republika

REPUBLIKA.CO.ID, Tak ada yang ingin kalah dalam sebuah pertandingan olahraga, termasuk di sepak bola. Namun, kalah atau menang adalah hal biasa dalam sepak bola. Hasil memang penting, tapi yang terpenting adalah proses dan perjuangan pantang menyerah dalam menghadapi setiap pertandingan di depan mata.

Hal seperti ini diperlihatkan oleh tim nasional (timnas) sepak bola Indonesia U-23 di gelaran Piala AFF U-23 2023 di Thailand. Timnas Indonesia memang hanya bisa menjadi runner-up Piala AFF U-23 seusai kalah adu penalti 5-6 (0-0) dari Vietnam pada partai final di Rayong Provincial Stadium, Sabtu (26/8/2023). Adu penalti dilakukan setelah kedua tim bermain imbang 0-0 hingga babak waktu tambahan.

Kekalahan ini sebenarnya sudah sejak awal dimaklumi, bahkan seandainya tak lolos final, semifinal, atau fase grup sekalipun. Bukan tanpa alasan, atau sekadar mencari-cari alasan, skuad timnas Indonesia U-23 memang datang ke Thailand dengan kondisi pincang. Materi penggawa timnas tak lengkap seperti saat menjuarai SEA Games 2023 lalu akibat kehilangan banyak pemain.

Skuad timnas U-23 sudah tereduksi sejak turnamen belum dimulai. Hal itu disebabkan Titan Agung dan Komang Teguh terpaksa dipulangkan karena menjalani sanksi dari Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) terkait kericuhan di final SEA Games 2023 vs Thailand. Jumlah ini semakin menyusut dengan cedera yang dialami Irfan Jauhari dan Bagas Kaffa.

Sebelum berangkat pun skuad timnas U-23 sudah dihadapkan pada dilema karena banyak pemain utama yang tak bisa tampil akibat tak diizinkan oleh sejumlah klub yang sedang bermain di kompetisi Liga 1. Alasan klub-klub itu, Piala AFF tak masuk kalender resmi Federasi Sepak Bola Dunia (FIFA).

Bisa dipastikan Shin Tae-yong tidak mempunyai banyak pilihan untuk memoles skuad timnas U-23. Apalagi pelatih asal Korea Selatan itu hanya punya waktu mepet sekitar sepekan menjelang turnamen digelar pada 17 Agustus 2023 lalu. Wajar bila kemudian PSSI tak memasang target muluk-muluk pada skuad yang bisa dibilang 'seadanya' tersebut.

Skuad 'seadanya' itu memang terlihat tampil kerepotan di fase grup. Kalah dari Malaysia 1-2 dan hanya menang tipis 1-0 atas Timor Leste. Indonesia pun lolos ke semifinal sebagai runner-up berkat keberuntungan setelah deg-degan menunggu hasil pertandingan tim-tim lainnya.

Tak dinyana, seperti mesin diesel, timnas U-23 memanas di laga semifinal dengan membungkam tuan rumah sekaligus favorit juara, Thailand, 3-1. Kemenangan yang terasa manis karena sudah 38 tahun Indonesia tak pernah menang atas Thailand di kandang lawan. Momen ini juga menjadi kemenangan perdana Shin Tae-yong atas Thailand, semenjak ia ditunjuk menjadi pelatih timnas Indonesia pada akhir Desember 2019.

Sayangnya, ini lagi-lagi bukan sekadar alasan, timnas U-23 semakin pincang saat tampil di partai final kontra Vietnam. Shin hanya punya stok 16 pemain atau hanya ada tujuh pemain cadangan di bench dan dua di antaranya adalah penjaga gawang. Belum lagi sejumlah pemain yang selalu menjadi starter dalam kondisi kurang fit seusai menguras tenaga di laga semifinal kontra Thailand.

Skuad yang kian 'seadanya' ini justru tampil membanggakan, tampil heroik, dan pantang menyerah sepanjang laga. Bahkan skuad Garuda Muda bisa saja menang di waktu normal andai sejumlah peluang emas berbuah gol atau sepakan tendangan Ramadhan Sananta tak membentur mistar gawang Vietnam. Timnas U-23 memaksa Vietnam menjalani adu penalti setelah di waktu normal skor sama kuat 0-0, meski akhirnya dewi fortuna belum berpihak.

Timnas Indonesia U-23 memang belum berhasil juara, namun dengan menyaksikan sepak terjang sepanjang turnamen, bisa dikatakan anak-anak muda itu kalah dengan terhormat. Kalah dengan membanggakan. Semangat dan pengorbanan besar para pemain yang rela memenuhi panggilan negara hingga titik terakhir, tetap layak mendapat apresiasi tinggi.

Para penggawa skuad yang awalnya kerapkali disebut 'seadanya' ini juga tetap layak untuk bersaing dengan sejumlah pemain inti yang tak bisa bergabung karena persoalan izin klub. Skuad yang tampil di Piala AFF U-23 maupun saat juara di SEA Games 2023 dan kini selalu bersaing di papan atas Asia Tenggara adalah pondasi awal timnas Indonesia untuk tampil level atas lainnya, semisal pentas Piala Asia U-23 maupun kualifikasi Olimpiade 2024 atau event-event sepak bola level dunia lainnya.

Mental untuk tidak mudah puas dan selalu meningkatkan level kompetitif bisa menjadi kunci bagi timnas untuk bersaing di level yang lebih tinggi lagi. Kemenangan akan datang setelah banyak perjuangan dan belajar dari kekalahan.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement