REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Wakil Presiden KH Ma'ruf Amin berharap pesantren dapat optimal menjalankan fungsi sebagai lembaga pemberdayaan masyarakat, yang mencakup sektor ekonomi. Untuk itu, Kiai Ma'ruf berharap pesantren harus dapat melahirkan mujahid (pejuang) ekonomi sehingga mampu mandiri dari sisi finansial dan meningkatkan kesejahteraan umat.
"Jadi pesantren kalau dulu, melahirkan mujahid-mujahid yang berjuang mengusir Belanda, sekarang tidak ada Belandanya. Sekarang adalah mujahid ekonomi," ujar Kiai Ma'ruf dikutip dari keterangannya Ahad (27/8/2023) saat menghadiri Haul K.H. Aqil Siroj ke-34, Sabtu (26/08/2023).
Kiai Ma'ruf menyampaikan, selain memiliki tanggung jawab dalam memandirikan masyarakat sekitar dari sisi finansial, juga pada skala besar ikut berkontribusi dalam pembangunan nasional. Apalagi Indonesia membutuhkan sumber daya mumpuni untuk membangun Indonesia Emas tahun 2045 yang maju dan sejahtera ekonominya.
“Jadi, jihad ekonomi di dalam rangka kita pertama membangun kemandirian pesantren, kemandirian umat, supaya umat ini bisa mandiri, hidup, tidak tergantung oleh siapapun dan kedua memberikan kontribusi yang lebih besar dalam rangka pembangunan nasional,” ujarnya
Selain itu, Kiai Ma'ruf juga menekankan, jihad ekonomi menjadi bagian dari tanggung jawab kebangsaan yang dimiliki oleh pesantren. Sebab, mencintai tanah air adalah bagian dari iman.
Ia menekankan pentingnya peran pesantren dalam melahirkan mujahid-mujahid ekonomi di masa depan sebagai upaya memakmurkan masyarakat sekitar pada khususnya, dan Indonesia pada umumnya.
“Jangan ketika orang tinggal landas, pesantren ini tinggal di landasan. Ya, ketinggalan,” ujarnya.
Pengasuh Pondok Pesantren KHAS Kempek K.H. Musthofa Aqil Siroj menyampaikan Kh Aqil Siroj, sejak dahulu memiliki pandangan visioner tentang masalah keumatan, salah satunya terkait kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, ia berharap, sebagai generasi penerus, dirinya dapat terus melanjutkan perjuangan ayahandanya dalam menyejahterakan umat. Sehingga kelak, hasil manis dari upaya tersebut dapat dituai bersama-sama.
“Orang tua saya sudah menanam pohon. Mereka menanam bukan untuk dirinya, tatapi untuk anak-anaknya [di masa depan],” ungkapnya.