Ahad 27 Aug 2023 09:52 WIB

Vale Indonesia Target Produksi 60 Ribu Ton Nikel untuk Bahan Baku Kendaraan Listrik 

Vale menggandeng perusahaan Cina membangun pengolahan nikel.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Friska Yolandha
Vale menggandeng perusahaan Cina membangun pengolahan nikel yang ditargetkan dapat memproduksi 60 ribu ton nikel per tahun.
Foto: EPA-EFE/MAST IRHAM
Vale menggandeng perusahaan Cina membangun pengolahan nikel yang ditargetkan dapat memproduksi 60 ribu ton nikel per tahun.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Vale Indonesia Tbk (kode saham: INCO) menandatangani Perjanjian Kerja Sama Definitif dengan Zhejiang Huayou Cobalt Co Ltd (Huayou) dan PT Huali Nickel Indonesia (Huali) untuk pembangunan fasilitas pengolahan nikel dengan teknologi High Pressure Acid Leaching (HPAL). Fasilitas ini menargetkan dapat memproduksi 60 ribu ton nikel dan 5.000 ton kobalt per tahun dalam bentuk produk Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) yang dapat diolah lebih lanjut menjadi baterai kendaraan listrik. 

Proyek ini akan mengolah bijih nikel berjenis limonit dari blok Sorowako, sementara pabrik  HPAL akan berlokasi di Malili, Luwu Timur, Sulawesi Selatan. Vale menyatakan, proyek ini, bersama dengan progress terbaru dari proyek HPAL Pomalaa dan proyek Morowali, merupakan bagian dari komitmen investasi Vale di Indonesia kami.

Baca Juga

CEO PT Vale Indonesia, Febriany Eddy, mengatakan, kerja sama ini selaras dengan visi Indonesia untuk mengembangkan ekosistem kendaraan listrik domestik. Febriany menuturkan, perusahaan memastikan pemberdayaan yang optimal untuk sumber daya nikel Indonesia sekaligus dukungan terhadap program dekarbonisasi di Indonesia.

“Perjanjian tersebut merupakan capaian strategis untuk PT Vale, sebagai bagian dari pelaksanaan program investasi kami senilai 8,6 juta dolar AS di Indonesia,” kata Presiden Komisaris PT Vale Indonesia, Desnee Naidoo, dalam keterangannya yang diterima Ahad (27/8/2023).

Deshnee menambahkan, dengan lebih dari setengah abad beroperasi di Indonesia, PT Vale memiliki posisi yang unik dan berkomitmen untuk mendukung percepatan target Indonesia untuk hilirisasi yang lebih maju. Sekaligus menghadirkan rantai pasok kendaraan listrik (EV) yang menarik – dari pertambangan mineral menuju produksi baterai dan kendaraan.

Chairman Huayou, Chen Xuehua mengatakan, kerja sama ini adalah kombinasi sempurna dari praktik terdepan berkelas dunia dari Huayou Cobalt, untuk teknologi pengolahan berbasis HPAL yang hijau dan rendah karbon. 

Melalui kerja sama ini, Huayou akan melaksanakan pengembangan sumber daya yang rendah karbon, hijau, dan berkelanjutan, melaksanakan konsep ESG secara mendalam, untuk meningkatkan kekuatan dari industri energi baru, serta berkontribusi untuk pembangunan sosial dan ekonomi Indonesia, serta untuk industri dan rantai pasok EV secara global.

“Proyek HPAL ini akan memulai konstruksi segera setelah mendapatkan perizinan yang dibutuhkan,” ujarnya. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement