REPUBLIKA.CO.ID, DEN HAAG - Umat Islam mengikuti aksi protes yang diorganisasi oleh organisasi Islam di Kota Den Haag, Belanda, pada Jumat (25/8/2023) di tengah insiden Islamofobia di seluruh Eropa.
Para pengunjuk rasa membawa Alquran dan berkumpul di Lapangan Malieveld. Mereka membawa spanduk dengan tulisan "Alquran memberikan cahaya untuk membimbing kami, api tidak dapat membakar matahari" dan "Saya cinta Alquran" sambil berjalan menuju kedutaan Denmark dan Swedia.
Mereka mengkritik pemerintah yang mengizinkan tindakan kebencian terhadap Alquran seraya menyerukan kalimat "Berhenti membakar buku dan kitab suci kami," dan "Pemerintah Denmark dan Swedia memalukan!" beberapa demonstran juga membaca ayat Alquran.
Serdar Isik, seorang psikolog, membaca pernyataan di depan Kedutaan Swedia dan menyebut serangan terhadap Alquran di Denmark, Swedia, dan Belanda sangat menyakiti umat Islam dan merusak Alquran di bawah perlindungan polisi adalah tindakan rasis.
Isik mengecam pedas Wali Kota Den Haag Jan van Zanen, yang mengizinkan penistaan terhadap Alquran.
"Hal itu menyakiti kami bahwa rasis dan fasis diizinkan menodai nilai-nilai lebih dari satu juta Muslim di Belanda secara terang-terangan," kata Isik.
Dia mengatakan demonstran menuntut Pemerintah Belanda menyiapkan undang-undang menekankan perlindungan perdamaian umat beragama dan memastikan kelompok agama dan non-agama serta individu dapat hidup berdampingan.
Serangan terhadap Alquran di Swedia, Denmark dan Belanda
Rasmus Paludan, seorang politisi sayap kanan Denmark dan pemimpin Partai Stram Kurs (Garis Keras), terus melakukan provokasi dengan membakar Alquran di kota Malmo, Norkopin, Jonkoping dan Stockholm di Swedia selama liburan Paskah pada 2022. Paludan membakar kitab suci umat Islam di depan kedutaan Turki di Stockholm pada 21 Januari dan di Kopenhagen pada 27 Januari.
Edwin Wagensveld, pemimpin organisasi Islamofobia, gerakan Patriotik Eropa Melawan Islamisasi Barat (PEGIDA) di Belanda, merobek Alquran dalam demo satu orang di Den Haag pada 22 Januari di bawah perlindungan polisi, dan pada 13 Februari di Kota Utrecht.
Kelompok Muslim berkumpul di lokasi di mana demo di Rotterdam akan berlangsung dan mengadakan demonstrasi tandingan karena demonstrasi PEGIDA tidak dilarang meskipun ada pengumuman bahwa anggota kelompok tersebut akan membakar Alquran.
Wagensveld, yang dibebaskan hari itu juga setelah ditahan, ingin melanjutkan aksi serupa di Den Haag pada hari berikutnya, tapi polisi menahan dirinya dengan alasan tidak mematuhi aturan demokrasi. Pada 18 Agustus, Wagensveld merobek Alquran di depan kedutaan Turki di Den Haag.
Di Stockholm, Salwan Momika membakar Alquran di bawah perlindungan polisi di depan Masjid Stockhol pada 28 Juni yang bersamaan dengan Hari Raya Idul Adha.
Selanjutnya Momika menginjak Alquran dan bendera Irak dalam perlindungan polisi di depan kedutaan Irak di Stockholm pada 20 Juli dan melakukan aksi serupa pada 14 dan 31 Juli di depan Parlemen Swedia.
Tak sampai di situ, Momika kembali melakukan aksinya menodai Alquran di depan Kedutaan Iran di Stockholm dalam perlindungan polisi
Selain ketiga orang tersebut ada Bahrami Marjan, perempuan asal Iran, yang membakar Alquran di pantai Angbybadet, Stockholm pada 3 Agustus dalam perlindungan polisi.