Ahad 27 Aug 2023 23:33 WIB

Dapat Ancaman akan Dibunuh, Presiden UIN Bukittingi tak Takut

Ahmad Zaki mengaku diancam akan dibunuh menyusul aksi tolak Gubernur Sumbar.

Rep: Febrian Fachri / Red: Andri Saubani
Tangkapan Layar Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi mengusir Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, dari acara Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) di Student Center UIN Bukittinggi, Selasa (22/8/2023).
Foto: Tangkapan Layar
Tangkapan Layar Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi mengusir Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, dari acara Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK) di Student Center UIN Bukittinggi, Selasa (22/8/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Presiden Mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) Sjech M Djamil Djambek Bukittinggi, Ahmad Zaki, mengaku tidak takut dengan ancaman pembunuhan dan kata-kata makian yang ia terima melalui pesan WhatsApp (WA). Menurut Zaki, mendapatkan teror dan ancaman merupakan sebuah konsekuensi keberanian memperjuangkan hak masyarakat dengan mengkritik pemerintah. 

"Ancaman seperti ini sudah konsekuensi yang saya dapat atas aksi memperjuangkan masyarakat. Ancaman ini tidak mematahkan semangat dan tidak membuat saya takut," kata Zaki, kepada Republika, Ahad (27/8/2023). 

Baca Juga

Zaki juga tidak berencana melaporkan nomor WA yang memaki-maki serta mengancam pembunuhan tersebut. Zaki memilih untuk tetap fokus bergerak bersama rekan-rekannya memperjuangkan hak masyarakat atas tanah di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. 

"Saya fokus ke permasalahan PSN di Air Bangis ini. Hal-hal intimidasi atau semacamnya adalah sebuah konsekuensi," ucap Zaki. 

Ancaman terhadap Zaki berasal dari nomor WA tidak dikenal +6282312991374. Nomor peneror Zaki tersebut mencoba menelpon Zaki berkali-kali. Namun, Zaki tidak menggubris panggilan telepon masuk dari nomor tersebut.

Dalam pesan dengan nada ancaman itu, peneror meminta Zaki menghormati Gubernur Mahyeldi. Bila bertemu, peneror mengancam akan membunuh Zaki.

"Oi Zaki, Ang ndak bautak ang. Gubernur ang mode tu an. Woi angkek telfon den. Ang sobok jo den caliak lah den bunuah ang beko. Den cari ang bisuak (Oi Zaki, kamu tidak punya otak. Gubernur kamu gitukan. Angkat telepon saya. Kamu kalau ketemu saya, saya bunuh kamu. Saya cari kamu besok)," kata peneror tersebut.

Zaki sudah menduga ancaman tersebut berkaitan dengan aksinya bersama teman-teman mahasiswa atas nama Dewan Eksekutif Mahasiswa (Dema) UIN Bukittinggi Selasa lalu. Saat itu, Zaki berorasi menolak kedatangan Gubernur Mahyeldi di acara Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK).

Zaki dan kawan-kawan menilai Gubernur Mahyeldi tidak pantas datang ke UIN karena belum menyelesaikan persoalan sengketa tanah di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat. Zaki bersama sejumlah mahasiswa di beberapa kampus di Sumatra Barat, ikut bersama ribuan masyarakat Air Bangis pada awal Agustus 2023 ini melaksanakan aksi demo ke Kantor Gubernur Sumbar di Padang selama beberapa hari.

Selama demo tersebut, masyarakat Air Bangis tidak mendapatkan respons positif dari Gubernur Mahyeldi. Bahkan melalui aparat penegak hukum, pemerintah memulangkan secara paksa warga pendemo dari Air Bangis. Karena sikap pemerintah seperti itu memantik reaksi mahasiswa UIN Bukittinggi melakukan aksi menolak kehadiran Mahyeldi ke kampus mereka. 

 

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement