REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Di tengah musim kemarau yang cukup terik, masyarakat Kabupaten Semarang perlu mewaspadai penyakit diare. Selain udara kering dan berdebu, akses air bersih yang terbatas di sejumlah kecamatan membuat risiko penyakit diare juga semakin besar.
Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Gondo Suwarno Ungaran mencatat, diare menjadi salah satu dari 10 jenis layanan menonjol atau paling banyak ditangani, sejak awal tahun hingga beberapa bulan terakhir di fasilitas kesehatan (faskes) milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Semarang ini.
Selain diare, risiko penyakit yang perlu diwaspadai masyarakat pada saat puncak musim kemarau seperti sekarang ini adalah penyakit infeksi saluran pernafasan akut (ISPA), kendati kasusnya relatif masih lebih sedikit.
Kabid Pelayanan Medik dan Penunjang Medik RSUD dr Gondo Suwarno, dr Nana Condro Wasiat, mengungkapkan 10 besar penyakit ini secara berurutan meliputi demam typhoid, diabetes, pelayanan kelahiran, hipertensi, gastroenteritis dan gastrocolitis (diare), infeksi saluran kencing, jantung, dyspepsia, dan pneumonia.
Ia juga mengungkapkan, diare sebenaranya memang penyakit (gangguan kesehatan) yang setiap saat bisa saja terjadi, misalnya karena mengonsumsi makanan pedas pun bisa memicu terjadinya diare.
Namun diare juga banyak disebabkan oleh infeksi, juga bisa dari makanan dan minuman, kurangnya perilaku hidup bersih dan sehat misalnya tidak mencuci tangan sebelum makan serta masih banyak yang lainnya.
Pada dasarnya, diarea adalah gangguan saluran pencernaan akibat sesuatu yang masuk ke dalam saluran pencernaan. Bisa jadi makanannya mungkin bersih tetapi yang makan tidak mencuci tangan, itu bisa.
Atau sebaliknya, makanannya yang kotor karena cara penyajian dan penyimpanannya yang tidak ditutup rapat. “Terlebih pada saat kemarau seperti sekarang ini cuacanya cukup kering, banyak debu dan sebagainya sehingga bisa berpengaruh,” jelasnya, di Ungaran, Kabupaten Semarang, Senin (28/8).
Secara prinsip, lanjut Nana, timbulnya penyakit ada tiga faktor, yang pertama karena daya tahan, kekebalan tubuh, dan jumlah kumannya. Apabila daya tahan tubuh kondisinya baik maka kuman tidak bisa melawan.
“Demikian pula walaupun kumannya sedikit tetapi karena daya tahan dan kekebalannya kurang penyakit juga bisa muncul,” kata Nana.
Oleh karena itu, ia menyarankan agar masyarakat menerapkan pola hidup bersih dan sehat sebagai upaya pencegahan atas risiko penyakit yang dimungkinkan bisa muncul pada musim kemaau yang cukup kering ini.
Ia juga menyampaikan, sebenarnya pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu telah mengedukasi masyarakat tentang pentingnya protokol pencegahan bahkan untuk mengantisipasi penyakit yang lain.
Mialnya di tengah cuaca kering dan banyak debu, menggunakan masker merupakan salah satu antisipasi yang bisa dilakukan untuk menyaring udara, termasuk juga untuk mengantisipasi gangguan pernafasan dan penyakit ISPA.
Kemudian rajin mencuci tangan sebelum menyentuh dan memegang makanan. “Jadi belajar dari pandemi, sebenarnya masyarakat sebenarnya sudah pandai untuk mengantisipasi diri sendiri agar kondisi badannya tetap terjaga,” ungkapnya.
Terpisah, Sub Koordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Semarang, Ida Ajuni Evi Novitasari membenarkan, diare dan ISPA menjadi penyakit yang berisiko muncul pada saat musim kemarau seperti saat ini.
Kendati tidak menyebutkan angkanya, kondisi cuaca memang menjadi salah satu faktor munculnya kedua gangguan kesehatan ini. “Yang harus diwaspadai ISPA dan diare,” kata dia.