REPUBLIKA.CO.ID, BOGOR — Manajemen Rumah Sakit (RS) Sentosa Bogor, Jawa Barat, menonaktifkan sementara lima tenaga kesehatan (nakes) dari tugasnya. Keputusan tersebut dilakukan terkait kasus bayi dua pasien yang tertukar pada Juli 2022.
Juru Bicara RS Sentosa, Gregg Djako, menjelaskan, sebelumnya ada 15 nakes yang dinonaktifkan sementara terkait kasus bayi tertukar. Nakes tersebut yang bertugas saat kejadian di mana bayi diduga tertukar.
“Ini kan tiga sif. Peristiwa terjadi hanya satu sif. Jadi, yang satu sif itulah yang kemudian kita ambil langkahnya,” kata dia, saat dikonfirmasi Republika, Senin (28/8/2023).
Berdasarkan hasil pendalaman, disebut ada lima nakes yang diduga terlibat secara langsung dalam kejadian bayi pasien tertukar. “Ternyata, dalam kenyataannya lima (nakes) itulah yang terlibat secara langsung dalam peristiwa, sehingga (manajemen RS) perlu melakukan tindakan lebih lanjut dengan menonaktifkan,” kata Gregg.
Sementara sepuluh nakes lainnya disebut sudah kembali bekerja sesuai tugasnya masing-masing.
Menurut Gregg, lima nakes yang dinonaktifkan sementara ini hadir untuk dimintai keterangan di Markas Polres Bogor. Gregg mengantar nakes tersebut untuk menjalani pemeriksaan.
Soal keterlibatan lima nakes dalam kejadian bayi tertukar, ia menyoroti salah satunya terkait gelang bayi. “(Nakes) terlibat, ya salah gelang, segala macam itu,” katanya.
Gregg mengatakan, lima nakes tersebut akan dinonaktifkan sementara dari tugasnya selama penyelesaian kasus bayi tertukar. “Dia (nakes) difungsikan di tenaga administrasi saja. Sambil terus berada di dalam pantauan manajemen. Kasus ini sampai di mana, baru ada keputusan lebih lanjut dari manajemen rumah sakit,” kata Gregg.
Soal kasus bayi tertukar ini, Gregg mengakui terjadi kelalaian. Menurut dia, manajemen RS Sentosa baru menerima laporan soal dugaan bayi tertukar pada Mei 2023.
“Kelalaian ini harus dilihat bahwa ini murni kelalaian. Tidak ada kesengajaan. Mana ada orang yang sengaja menukar. Tidak ada, kecuali di sinetron. Ini peristiwa terjadi nyata di dunia. Kelalaian murni human error manusia,” kata Gregg.