REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Gunung Semeru mengalami 29 kali gempa letusan atau erupsi pada Senin (28/8/2023) pukul 12.00 hingga 18.00 WIB. Hal ini diungkapkan berdasarkan laporan hasil dari petugas pos Pemantauan Gunung Api (PGA) Semeru, Sigit Rian Alfian.
Menurut Sigit, erupsi yang terjadi pada Gunung Semeru memiliki amplitudo 15 hingga 26 milimeter (mm). "Dan lama gempa 83 hingga 136 detik," kata Sigit.
Tidak hanya erupsi, gunung berketinggian 3.676 mdpl ini juga mengalami tiga kali gempa guguran. Amplitudonya sekitar 3 hingga 7 mm sedangkan lama gempa 39 sampai 115 detik.
Di samping itu, juga terjadi empat kali gempa embusan dengan amplitudo 4 sampai 9 mm. Sementara itu, lama gempa jenis ini berlangsung sekitar 38 hingga 56 detik.
Adapun gempa tektonik jauh terjadi dua kali dengan amplitudo 14 sampai 23 mm, S-P 17-33 detik dan lama gempa 47 hingga 76 detik. Saat ini tingkat aktivitas Gunung Semeru masih level III (Siaga).
Sebab itu, masyarakat direkomendasikan tidak melakukan aktivitas apapun di sektor tenggara di sepanjang Besuk Kobokan. "Sejauh 13 kilometer dari puncak (pusat erupsi)," jelasnya.
Di luar jarak tersebut, masyarakat diminta tidak melakukan aktivitas pada jarak 500 meter dari tepi sungai (sempadan sungai) di sepanjang Besuk Kobokan. Hal ini karena berpotensi ada perluasan awan panas dan aliran lahar hingga jarak 17 km dari puncak.
Selanjutnya, masyarakat juga diharapkan tidak beraktivitas dalam radius lima km dari kawah/puncak Gunung Api Semeru. Pasalnya, area tersebut rawan terhadap bahaya lontaran batu (pijar).
Ia juga merekomendasikan masyarakat untuk mewaspadai potensi awan panas guguran (APG), guguran lava, dan lahar di sepanjang aliran sungai/lembah yang berhulu di puncak Semeru.
Terutama di sepanjang Besuk Kobokan, Besuk Bang, Besuk Kembar, dan Besuk Sat. Kemudian juga perlu mewaspadai potensi lahar pada sungai-sungai kecil yang merupakan anak sungai dari Besuk Kobokan.