Selasa 29 Aug 2023 12:52 WIB

Badan Geologi Ungkap Hasil Analisis Kejadian Gempa Magnitudo 7,1 di Laut Jawa

Perlu ditingkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi.

Rep: Wilda Fizriyani/ Red: Yusuf Assidiq
Gempa Bumi - Ilustrasi
Foto: EPA/NESTOR BACHMANN
Gempa Bumi - Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, MALANG -- Badan Geologi mengungkapkan hasil analisis kejadian gempa di laut Jawa. Hal ini diungkapkan mengingat timur Laut Jawa mengalami gempa dengan magnitudo 7,1 pada Selasa (29/8/2023) dini hari.

Plh Kepala Badan Geologi, Hermansyah menyatakan, gempa bumi ini tergolong dalam karena pusatnya berada di kedalaman 525 kilometer (km). Gempa ini juga terasa pada daerah luas karena kekuatannya cukup besar. "Guncangan gempa bumi akan lebih terasa pada wilayah pantai Kalimantan Selatan, Pulau Madura, utara Jawa Bali dan Nusa Tenggara," kata Hermansyah saat dikonfirmasi.

Menurut dia, wilayah pusat gempa pada umumnya merupakan morfologi dataran pantai, dataran hingga dataran bergelombang dan perbukitan. Morfologinya tersusun oleh batuan berumur tersier  yang berupa batuan sedimen, batu gamping dan batuan rombakan gunung api.

Kemudian juga tersusun oleh endapan kuarter yang berupa endapan aluvial pantai, aluvial sungai dan batuan rombakan gunung api muda. Sebagian batuan berumur tersier tersebut telah mengalami pelapukan.

Endapan kuarter dan batuan berumur tersier yang telah mengalami pelapukan bersifat urai, lunak, lepas, belum kompak dan memperkuat efek guncangan. Oleh karena itu, situasi tersebut rawan guncangan gempa bumi.

Berdasarkan lokasi pusat gempa bumi, kejadian gempa bumi tersebut berasosiasi dengan aktivitas zona penunjaman. Hal ini terutama karena terbentuk akibat tumbukan antara lempeng benua Eurasia dan lempeng Samudera Indo-Australia.

Situasi itu terjadi dengan mekanisme sesar normal dan berarah relatif barat barat laut dan timur tenggara.  Hingga laporan ini dibuat belum ada laporan korban jiwa dan kerusakan bangunan akibat kejadian gempa bumi tersebut.

Namun berdasarkan data BMKG, guncangan gempa bumi di Pulau Bali bagian utara, Lombok dan sebagian Jawa Timur bagian utara terasa pada skala intensitas IV MMI. Sementara itu, Pulau Bali bagian selatan dan Jawa Timur bagian selatan terasa pada skala intensitas III MMI.

Merujuk data Badan Geologi, sebaran permukiman penduduk yang terlanda guncangan gempa bumi terletak pada Kawasan Rawan Bencana (KRB) gempa bumi menengah, sebagian tinggi dan rendah. Kejadian gempa bumi tersebut tidak menimbulkan tsunami meskipun lokasi pusat gempa bumi terletak di laut.

Hal ini karena tidak mengakibatkan terjadinya deformasi dasar laut yang dapat memicu terjadinya tsunami. Hermansyah pun mengimbau masyarakat untuk tetap tenang, mengikuti arahan dan informasi dari petugas BPBD setempat.

Kemudian diharapkan tidak terpancing oleh isu yang tidak bertanggung jawab mengenai gempa bumi dan tsunami. Selain itu, masyarakat diminta tetap waspada dengan kejadian gempa bumi susulan yang kekuatannya lebih kecil.

Adapun wilayah yang terlanda guncangan gempa bumi seperti Jawa Timur, Bali, dan Lombok memang tergolong rawan gempa bumi. Oleh karena itu, daerah-daerah tersebut direkomendasikan agar ditingkatkan upaya mitigasi bencana gempa bumi melalui mitigasi struktural dan mitigasi non-struktural.   

Hermansyah juga memperkirakan kejadian gempa bumi tidak berpotensi mengakibatkan terjadinya bahaya ikutan. "Maksudnya seperti retakan tanah, gerakan tanah, dan likuefaksi," kata dia menegaskan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement