Selasa 29 Aug 2023 14:30 WIB

BI Harapkan Guru Ajak Siswa Cinta, Bangga dan Paham Rupiah

Tahun lalu edukasi dan sosialisasi serupa sudah dilakukan kepada siswa SMA/SMK.

Pelajar melihat uang yang dipamerkan pada Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) 2023 di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (19/8/2023). Acara yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya rupiah dalam sejarah Indonesia sekaligus memberikan pemahaman bahwa rupiah tidak hanya alat pembayaran, melainkan simbol perjuangan, identitas, dan kebudayaan bangsa Indonesia yang berlangsung dari tanggal hingga 20 Agustus 2023
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pelajar melihat uang yang dipamerkan pada Festival Rupiah Berdaulat Indonesia (FERBI) 2023 di Istora Senayan, kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Sabtu (19/8/2023). Acara yang diselenggarakan Bank Indonesia (BI) itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya rupiah dalam sejarah Indonesia sekaligus memberikan pemahaman bahwa rupiah tidak hanya alat pembayaran, melainkan simbol perjuangan, identitas, dan kebudayaan bangsa Indonesia yang berlangsung dari tanggal hingga 20 Agustus 2023

REPUBLIKA.CO.ID, SOLO -- Bank Indonesia (BI) mengharapkan para guru sekolah menengah pertama (SMP) di Kota Solo, Jawa Tengah, untuk mengajak para siswanya cinta, bangga, dan paham dengan rupiah. Di depan peserta sosialisasi para guru SMP di Solo, Jawa Tengah, Selasa (29/8/2023), Kepala Perwakilan BI Surakarta Nugroho Joko Prastowo mengatakan selama ini sosialisasi dan edukasi terus berjalan.

 

Menurut dia, tahun lalu edukasi dan sosialisasi serupa sudah dilakukan kepada siswa SMA/SMK.

 

"Tahun ini jenjang SMP. Sekarang dengan guru-guru SMP. Artinya, dari dini, dari SMP supaya ditularkan ke rekan-rekan sekitar dan murid mereka," katanya.

 

Sementara, dia mengatakan, belum lama ini ada siswa berusia 16 tahun di Kabupaten Sragen yang disidik karena mengaku disuruh seseorang untuk berbelanja menggunakan uang palsu.

 

"Kasus ini menguatkan bahwa kalangan remaja belum aware tentang keaslian rupiah. Akhirnya edukasi ini menjadi benteng preventif atau pencegahan utama," ujarnya.

 

Di sisi lain, pihaknya juga terus berupaya memperkuat keamanan rupiah secara reguler.

 

"Termasuk ada emisi baru, tambah pengamanan. Itu cara pencegahan dari sisi penguatan uang rupiah. Untuk kasus di Sragen pemeriksaan baru dilakukan kemarin," katanya.

 

Terkait dengan keberadaan uang palsu, diakuinya menjadi keprihatinan berbagai pihak. Menurut dia, pemberantasan terus dilakukan.

 

"Belum lama ini di Sukoharjo dilakukan penggrebekan, itu jadi efek jera. Yang paling penting adalah melindungi masyarakat agar tidak mudah tertipu. Ini jadi kewajiban BI, kepolisian, kejaksaan, BIN untuk pemberantasan uang palsu," ujarnya.

 

Pada kesempatan yang sama, Wakil Wali Kota Surakarta Teguh Prakosa mengatakan pemalsuan masih terjadi di sekitar Solo.

 

"Boyolali dan Sukoharjo sudah ditemukan tahun kemarin. Peredaran dilakukan di Kota Solo, di pasar, di warung kelontong kampung," katanya.

 

Ia juga mengapresiasi upaya inisiatif BI yang sudah melakukan edukasi terkait cinta, bangga, dan paham rupiah.

 

"Tahun kemarin dengan SMA dan SMK, tahun ini dengan SMP se-Surakarta. Tentu BI juga akan geser di daerah lain, dalam hal ini BI sebagai edukatornya," ujarnya.

sumber : Antara
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement