Selasa 29 Aug 2023 19:29 WIB

Keamanan Terancam, Menlu Najla Mangoush Tinggalkan Libya

Juru bicara PBB menyatakan, ada laporan Mangous mendapatkan ancaman.

Menteri Luar Negeri  Libya Najla Mangoush saat konferensi pers di Belgrade, Serbia, 16 Oktober 2022.
Foto: AP Photo/Darko Vojinovic, File
Menteri Luar Negeri Libya Najla Mangoush saat konferensi pers di Belgrade, Serbia, 16 Oktober 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI – Perdana Menteri Libya Abdul Hamid Dbeibah memutuskan memecat Menlu Najla Mangoush setelah berita pertemuannya dengan Menlu Israel Eli Cohen merebak dan memicu aksi massa di Libya. Sebelumnya, Mangoush juga diberitakan telah meninggalkan Libya.

Seorang pejabat senior Libya menyatakan, Mangoush yang terkejut dengan pengumuman Kementerian Luar Negeri Israel mengenai pertemuan dirinya dengan Cohen, dengan cepat meninggalkan ibu kota Libya menuju Istanbul, Turki, menggunakan penerbangan pribadi. 

Baca Juga

Kementerian Luar Negeri Libya yang dikutip Arab News, Senin (28/8/2023), mengungkapkan, Mangoush meninggalkan Libya dan terbang ke Turki. Di New York, AS juru bicara PBB, Stephane Dujarric, tak berkomentar soal pemecatan Mangoush. 

Ini merupakan isu internal di pemerintahan Libya. Namun, ia mempersoalkan keamanan Mangoush. ‘’Kami memikirkan keamanan dirinya. Ada laporan dia mendapatkan ancaman dan harus meninggalkan negaranya,’’ kata Dujarric. 

Pengumuman mengenai pertemuan Mangoush dan Cohen pada Ahad (27/8/2023) memicu aksi massa di Tripoli dan beberapa kota lain di bagian barat Libya. Massa berkumpul di gedung kementerian luar negeri mengecam pertemuan itu. 

Sedangkan, massa lainnya menyerang dan membakar kediaman perdana menteri di Tripoli. Di Zawiya, demonstran membakar bendera Israel sedangkan yang lainnya membawa bendera Palestin. Ada pula aksi massa di Misrata, pusat dukungan Dbeibah. 

Dbeibah menyatakan, penyelidikan dilakukan atas Mangoush terkait pertemuan dengan Cohen di Roma, Italia pekan lalu. Sebab, kedua negara tak memiliki hubungan diplomatik. UU tahun 1975 menyebut, merupakan tindakan ilegal menormalisasi hubungan dengan Israel. 

Keputusan Dbeibah memecat Mangoush menunjukkan dirinya tak tahu mengenai pertemuan Mangoush dengan Cohen yang membahas soal kerja sama dua negara. Namun dua pejabat Libya mengungkapkan, Dbeibah mengetahui soal pertemuan itu. 

Bahkan, bulan lalu sang perdana menteri memberikan lampu hijau atas pembicaraan antara kedua menlu. Kantor perdana menteri berkoordinasi dengan Mangoush. 

Pertemuan, jelas satu dari dua pejabat itu, berlangsung sekitar dua jam dan Mangoush secara langsung menyampaikan informasi kepada Dbeibah setelah kembali ke Tripoli. Pertemuan dihadiri pula oleh menlu Italia. 

Jalel Harchaoui, dari  Royal United Services Institute for Defense and Security Studies yang berbasis di London, Inggris menyatakan, Dbeibah tampaknya ingin menyenangkan pemerintah asing sebab ia di bawah tekanan PBB dan negara lain atas situasi dalam negeri Libya. 

Menurut dia, keputusan perdana menteri Libya memecat Mangoush tak diragukan lagi bertujuan untuk menenangkan amarah publik. Secara terpisah, sehari setelh mengumumkan pertemuan yang disebutnya bersejarah, Kemenlu Israel, Senin membuat pernyataan. 

Mereka menyatakan, baik kementerian maupun Cohen tak bertanggung jawab atas kebocoran informasi pertemuan di Roma. 

Seorang pejabat Israel menuturkan, kementerian terpaksa membuat pengumuman setelah sebuah laman berita berencana mempublikasikan laporan mengenai pertemuan itu. Israel juga menyampaikan ke Libya mengenai bocornya informasi ini. 

Baik Israel maupun Libya, sepakat akan mengumumkan pertemuan itu tetapi belum dipastikan waktunya. 

sumber : AP/Reuters
BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement