REPUBLIKA.CO.ID, UNGARAN -- Tingginya risiko terjadi kebakaran hutan dan lahan di kawasan Gunung Merbabu, wilayah Kabupaten Semarang, Jateng, diantisipasi oleh seluruh stakeholder pemangku keamanan dan kelestarian hutan setempat.
Balai Taman Nasional Gunung Merbabu (BTNGMb) bersama dengan komponen relawan yang ada terus memberikan edukasi kepada warga maupun para pendaki untuk ikut berperan aktif dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan.
Seperti oleh Masyarakat Peduli Api (MPA) Getasan, Relawan Pinoes Rescue, Relawan Kompas, serta masyarakat di sejumlah desa yang ada di lereng Merbabu di wilayah Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang.
Koordinator Relawan Pinoes Rescue, Getasan, Suryo Sigit mengungkapkan, di sela patroli Kejantara, para relawan juga memberikan sosialisasi dan edukasi guna mencegah terjadinya karhutla kepada para petani yang beraktivitas di lereng Merbabu.
“Selain itu para relawan juga aktif masuk ke kawasan hutan BTNGMb untuk melakukan pengawasan sekaligus untuk melihat dan memetakan potensi kerawanan karhutla yang ada di dalam kawasan hutan,” ungkapnya, saat dikonfirmasi melalui sambungan telepon, Selasa (29/8).
Seluruh kegiatan dalam rangka mencegah terjadinya karhutla di Gunung Merbabu ini, kata Sigit, sudah terjadwal dengan rutin, di bawah koordinasi BTNGMb selaku institusi yang memiliki kewenangan.
Antisipasi juga dilakukan para relawan dengan memastikan kesiapan berbagai peralatan untuk mendukung penanganan terjadinya karhutla. Semua telah dilakukan pengecekan dan manakala dibutuhkan setiap saat semua peralatan ini telah siap.
Karena lereng Mebabu memiliki karakteristik medan yang cukup berat dan untuk ‘berjaga-jaga’, berbagai antisipasi telah dilakukan sebelumnya manakala hal-hal yang tidak diinginkan terjadi.
Sehingga, jika sewaktu-waktu terjadi kebakaran lahan maupun hutan, seluruh infrastruktur penanganannya juga sudah siap untuk digerakkan. “Alhamdulillah, sampai hari ini di lereng Merbabu masih cukup aman,” ungkapnya.
Ia juga menyampaikan, terkait dengan aktivitas pendakian di Merbabu yang masih dibuka, juga mendapatkan perhatian para relawan dalam mencegah dan mewaspadai tingginya risiko karhutla ini.
Setiap pendaki yang melapor ke basecamp pendakian, jelasnya, juga diberikan pembekalan untuk meminimalisir berbagai aktivitas yang dapat memicu terjadinya karhutla di lereng Merbabu.
“Misalnya terkait pembuatan perapian pada saat melakukan pendakian atau aktivitas lain yang berisiko, seperti membuang puntung rokok sembarangan, itu selalu kita ingatkan agar lebih berhati-hati,” tegas dia.