REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Mereka yang melakukan pembunuhan adalah sering kali karena tersulut amarah. Tidak sedikit dari pembunuh yang berasalan bahwa mereka melakukan dosa besar ini karena tersulut emosi akibat perkataan korban.
Terakhir adalah kasus pembunuhan yang menargetkan Wahyu Dian Selviani (33), seorang dosen Universitas Islam Negeri (UIN) Surakarta.
Korban ditemukan meninggal dunia di rumahnya, di Desa Tempel, Kecamatan Gatak, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Motif pembunuhan adalah pelaku mengaku sakit hati lantaran ucapan korban.
Bagaimana solusi Islam mengatasi amarah yang kerap menyerang umat manusia? Dalam Alquran surat Al Imran ayat 134 disebutkan:
وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَافِينَ عَنِ النَّاسِ ۗ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ "Dan orang-orang yang memaafkan (kesalahan) orang lain. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebaikan."”
Dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan yakni mereka tidak melampiaskan kemarahannya kepada orang lain, melainkan mencegah dirinya agar tidak menyakiti orang lain, dan dia lakukan hal tersebut demi mengharapkan pahala Allah Subhanahu wa Ta'ala. Yaitu selain menahan diri, tidak melampiaskan kemarahannya, mereka juga memaafkan orang yang telah berbuat aniaya terhadap dirinya, sehingga tiada suatu uneg-uneg pun yang ada dalam hati mereka terhadap seseorang. Hal ini merupakan akhlak yang paling sempurna.
Hal yang disebut di atas merupakan salah satu dari kebajikan. Dalam sebuah hadits disebutkan seperti berikut, ada tiga perkara yang aku berani bersumpah untuknya, tiada harta yang berkurang karena sedekah, dan tidak sekali-kali Allah SWT menambahkan kepada seorang hamba yang pemaaf melainkan hanya keagungan, serta barang siapa yang merendahkan dirinya karena Allah SWT, niscaya Allah SWT mengangkat (kedudukan)nya.
Dengan kata lain, apabila mereka mengalami emosi, maka mereka menahannya (yakni memendamnya dan tidak mengeluarkannya), selain itu mereka memaafkan orang-orang yang berbuat jahat kepada mereka. Disebutkan dalam sebagian asar yang mengatakan:
«يَقُولُ اللَّهُ تعالى: يا ابْنَ آدَمَ اذْكُرْنِي إِذَا غَضِبْتَ، أَذْكُرُكَ إِذَا غَضِبْتُ فَلَا أُهْلِكُكَ فِيمَنْ أُهْلِكُ»
Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman, "Hai anak Adam, ingatlah kepada-Ku jika kamu marah, niscaya Aku mengingatmu bila Aku sedang murka kepadamu. Karena itu, Aku tidak akan membinasakanmu bersama orang-orang yang Aku binasakan.
Baca juga: Cerita Mantan Menkes Lolos dari Maut, Kamar yang Disiapkan untuknya Ditembaki Israel
Abu Ya'la mengatakan di dalam kitab Musnadnya, telah menceritakan kepada kami Abu Musa Az-Zamin, telah menceritakan kepada kami Isa ibnu Syu'aib Ad-Darir (yaitu Abul Fadl), telah menceritakan kepadaku Ar-Rabi' ibnu Sulaiman, An-Numairi, dari Abu Amr ibnu Anas ibnu Malik, dari ayahnya yang mengatakan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “Barang siapa yang mengekang amarahnya, maka Allah menahan siksa-Nya terhadapnya. Dan barang siapa yang mengekang lisannya, maka Allah menutupi auratnya. Dan barang siapa yang meminta maaf kepada Allah, maka Allah menerima permintaan maafnya.”