REPUBLIKA.CO.ID, Akun X/Twitter Blue Bird, @Bluebirdgroup belum lama ini mengunggah konten menarik. Admin akun @Bluebirdgroup ingin meminta feedback dari pengguna layanan taksi tentang pengalaman yang membuat nyaman naik taksi berlogo burung biru.
"Halo! Sahabat Bluebird, main game yukkkk. Coba share apa sih standar nyaman Indonesia dari Bluebird yang kamu banget?"
Memang ada jawaban warganet yang kesal. Namun, tidak sedikit yang berbagi pengalaman mengapa lebih senang menggunakan Bluebird daripada taksi daring. Jika disimpulkan, Bluebird unggul dalam beberapa hal, yang menjadi salah satu pertimbangan utama warga dalam memilih taksi berlogo burung tersebut.
Akun @deruuus misalnya, ia selalu menjatuhkan pilihan memesan Bluebird ketika akan menuju Bandara Soekarno-Hatta untuk mengejar penerbangan menjelang pagi. "Kalau dapat flight super pagi, langganan banget pakai @Bluebirdgroup, karena drivernya tepat waktu. Bahkan satu jam sebelumnya sudah sampai," ucapnya.
Akun @ko2w membeberkan empat faktor mengapa ia memilih naik taksi Bluebird. "Gampang dapat taksi kalau pesan aplikasi tidak jauh-jauh, terutama kalau yang posisinya di seberang tapi harus mutar atau mending jauh yang searah," katanya.
Selain itu, ia menemukan fakta bahwa pengemudi Bluebird bisa membaca peta dengan cepat. Hal itu juga didukung ponsel milik pengemudi yang mendukung untuk membuka akses Google Maps agar bisa cepat mengantar penumpang sampai tujuan. "Nyetirnya mulus gak ndut-dutan," kata Koko.
Akun @dodydoeslaw berbagi pengalaman ketika akhirnya memutuskan memesan taksi Bluebird. "Nyaman, tidak bau rokok. Selalu pastikan driver jangan letakan jaket mereka di kursi driver karena dapat menimbulkan aroma tidak sedap dan bisa keliatan kumuh kaya toko sebelah," katanya.
Pemilik akun @imvibbyy pun membagikan pengalaman berkesan naik Bluebird dengan memesan di aplikasi. Yang membuatnya senang adalah respons cepat pengemudi hingga tiba di titik penjemputan terbilang cepat.
"Waktu itu habis belanja bulanan hujan deras, mesan Bluebird pake appp, terus langsung satset dijemput! Bener-benar penyelamat banget sih Bluebird ini, standar buat kenyamanannya ok banget!"
Akun @leeinjun_ mengaku, sekarang menjatuhkan pilihan ke Bluebird setelah tarifnya tidak berbeda jauh dengan taksi daring. Hal itu lantaran sekarang tarif taksi daring lebih mahal dibandingkan tahun-tahun sebelumnya yang menyediakan beragam promo.
Karena citra yang melekat, ia pun tidak ragu memilih Bluebird ketika bepergian. "Aku juga mulai kembali menjadi tim Bluebird harganya 11-12 sama yang online. Kalau rush hour atau hujan tarif gak naik," katanya.
Jika disimpulkan, mengapa Bluebird tetap menjadi pilihan lantaran sopir datang tepat waktu, bahkan lebih awal untuk memenuhi pesanan pelanggan. Meski menggunakan sistem argo, sopir tetap menggunakan rute tercepat untuk sampai ke lokasi.
Selain itu, hadirnya aplikasi Bluebird juga semakin memudahkan pelanggan. Perusahaan sepertinya mengikuti tuntutan zaman dengan menghadirkan berbagai layanan demi memuaskan pelanggan. Hal itu pula yang kini membuat taksi dengan brand warna biru tersebut kembali berjaya, meski sempat kewalahan menghadapi serbuan taksi daring pada awalnya.
Apalagi, setelah tarif taksi daring tidak bisa lagi jor-joran seperti dulu memberi diskon. Sehingga tarif Bluebird kini bersaing hingga membuat pelanggan lama yang sempat berpaling memilih taksi daring karena lebih murah, saat ini kembali ke pilihan semula.
Pengemudi Bluebird Pool Dan Mogot, Jakarta Barat, Tarmuji mengatakan, menjadi sopir taksi belakangan ini memiliki tantangan tersendiri. Apalagi, ketika masyarakat memiliki opsi menggunakan taksi daring. Namun, karena inovasi yang diluncurkan manajemen dan mampu beradaptasi dengan zaman, pada akhirnya Bluebird bisa tetap memimpin pasar.
"Hal yang paling menantang buat saya dan juga teman-teman yang lain menghadapi persaingan yang cukup ketat yaitu munculnya atau hadirnya taksi online ditambah lagi pandemi Covid-19 ini sungguh luar biasa. Kami cukup berbangga hati karena apa? Kami dan perusahaan ini mampu melewati itu semua dan hasilnya adalah kami kembali meraih keberhasilan bersama," kata Tarmuji dalam unggahan video di channel resmi perusahaan.
Bagi dividen
Bukti kebangkitan Bluebird juga bisa diukur dari pendapatan perseroan. Ketika perusahaan taksi daring masih berdarah-darah mencatatkan kerugian yang bertambah besar, hal berbeda terjadi dengan si burung biru. Berlalunya pandemi Covid-19 membuat roda perseroan semakin kencang berputar.
Sebagai perusahaan pemilik emiten BIRD di Bursa Efek Indonesia (BEI), perseroan mencatatkan keuntungan yang terus meningkat. Pada laporan keuangan 30 Juni 2023, perusahaan mengumpulkan pendapatan Rp 2,09 triliun. Torehan itu meningkat 35,13 persen dibandingkan semester satu 2022 atau year-on-year (yoy).
Jika dirinci, pendapatan perusahaan paling menonjol disumbang taksi sebanyak Rp 1,58 triliun. Jumlah itu meningkat 30,52 persen dibandingkan periode sebelumnya (yoy) di angka Rp 1,21 triliun. Setelah dikurangi laba beban bahan bakar minyak Rp 431,31 miliar dan penyusutan Rp 249,04 miliar, Bluebird mencatatkan laba bersih Rp 259,45 miliar pada paruh pertama 2023 atau meroket 77,48 persen yoy.
Hal itu juga diikuti aset perusahaan yang bertambah 6,53 persen menjadi Rp 7,35 triliun pada semester pertama 2023. Pada periode Desember 2022, total aset masih sebesar Rp 6,89 triliun. Dirut Blue Bird Adrianto Djokosoetono menjelaskan, torehan kinerja positif menjadi salah satu bukti nyata keberhasilan perusahaan dalam menjaga konsistensi layanan kepada masyarakat.
"Yang terus diimbangi dengan inovasi yang mendukung relevansi dengan kebutuhan mobilitas masyarakat," kata Andre, sapaan akrabnya, dalam siaran pers di Jakarta, belum lama ini.
Karena mencatatkan torehan positif, perseroan pun menyepakati pembagian dividen sebesar Rp 180 miliar atau setara dengan lebih dari 50 persen dari laba bersih yang diberikan kepada pemegang saham. Menurut Andre, pembagian dividen merupakan bentuk penghargaan atas loyalitas pemegang saham BIRD dan juga para sopir.
"Pembagian dividen juga termasuk kepada lebih dari 5.000 pengemudi dan karyawan yang memiliki employee stock ownership plans (ESOP) pada awal IPO Bluebird serta setia mendukung Bluebird dalam menghadapi berbagai tantangan, terutama selama pandemi," kata Andre.