Rabu 30 Aug 2023 12:18 WIB

Sekjen PBB Desak Pelarangan Uji Coba Nuklir di Seluruh Dunia

Sejak 1945, lebih dari 2.000 uji coba nuklir telah menimbulkan penderitaan mengerikan

Rep: Dwina Agustin/ Red: Nidia Zuraya
Ilustrasi Bom Nuklir
Foto: Foto : MgRol112
Ilustrasi Bom Nuklir

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres menekankan pentingnya larangan yang mengikat terhadap uji coba nuklir. Desakan ini dilakukan demi dunia yang bebas nuklir dan mendesak penghentian segera uji coba tersebut.

Menurut Guterres, larangan uji coba nuklir yang mengikat secara hukum merupakan langkah mendasar dalam upaya mewujudkan dunia yang bebas senjata nuklir. “Mari kita akhiri uji coba nuklir selamanya," kata Guterres dikutip dari Anadolu Agency.

Baca Juga

Guterres mengimbau semua negara untuk meratifikasi Perjanjian Larangan Uji Coba Nuklir Komprehensif tanpa syarat. Permintaan ini disampaikan pada acara memperingati Hari Internasional Menentang Uji Coba Nuklir di Majelis Umum PBB pada Selasa (29/8/2023).

“Sejak 1945, lebih dari 2.000 uji coba nuklir telah menimbulkan penderitaan yang mengerikan pada manusia, meracuni udara yang kita hirup, dan merusak lanskap di seluruh dunia,” kata Guterres.

“Tahun ini, kita menghadapi peningkatan ketidakpercayaan dan perpecahan global yang mengkhawatirkan. Pada saat hampir 13 ribu senjata nuklir disimpan di seluruh dunia dan negara-negara berupaya meningkatkan akurasi, jangkauan, dan kekuatan penghancurnya ini adalah sebuah resep untuk dimusnahkan,” ujarnya.

Hari Internasional Menentang Uji Coba Nuklir diperingati setiap tahun pada tanggal 29 Agustus sejak 2010. Presiden Majelis Umum PBB Csaba Korosi mengatakan, segala upaya harus dilakukan untuk mengakhiri uji coba nuklir.

Menurut Korosi, dunia memerlukan kebijakan dan perlindungan yang tepat untuk melindungi dari kesalahan dan pengambilan keputusan yang buruk. “Adalah tugas kita untuk memastikan bahwa larangan uji coba nuklir mengikat secara hukum bagi semua negara," ujarnya.

Bersamaan dengan desakan PBB, Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dalam pidato memperingati Hari Angkatan Laut pada Senin (28/8/2023), bahwa perairan di Semenanjung Korea telah menjadi tidak stabil dengan bahaya perang nuklir. Ancaman ini dinilai akibat permusuhan yang dipimpin oleh Amerika Serikat.

Sejak awal 2022, Korea Utara telah melakukan lebih dari 100 uji coba senjata. Banyak di antaranya melibatkan rudal berkemampuan nuklir yang dirancang untuk menyerang AS, Korea Selatan, dan Jepang. Dwina Agustin

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement