Rabu 30 Aug 2023 14:41 WIB

Puncak Musim Kemarau, BMKG Yogyakarta Ingatkan Tingginya Potensi Kebakaran Hutan dan Lahan

Pola angin timuran masih dominan di atas wilayah Jawa.

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Fernan Rahadi
Ilustrasi Kebakaran Hutan
Foto: MGIT4
Ilustrasi Kebakaran Hutan

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA -- Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Stasiun Meteorologi (Stamet) Yogyakarta menyebut ada potensi mudahnya terjadi kebakaran hutan dan lahan. Untuk itu, masyarakat diminta agar waspada.

Kepala Stasiun Meteorologi Yogyakarta, Warjono mengatakan, potensi ini dapat terjadi dalam tiga hari ke depan yakni 30 Agustus hingga 1 September 2023. "31 Agustus sampai 1 September, potensi kemudahan kebakaran hutan dan lahan tinggi," kata Warjono, Rabu (30/8/2023).

Saat ini, DIY juga sudah memasuki puncak musim kemarau. Untuk itu, kata Warjono, potensi kebakaran hutan dan lahan juga tinggi.

"Waspada terhadap kebakaran hutan dan lahan yang bisa saja terjadi di puncak musim kemarau ini," ucapnya.

Potensi ini berdasarkan hasil analisis dinamika atmosfer terkini, yang mana BMKG Stamet Yogyakarta mengidentifikasi adanya Siklon Tropis Saola terpantau berada di Laut Filipina dengan kecepatan angin maksimum 85 knot (155 kilometer per jam), dan tekanan udara minimum 955 hPa yang bergerak ke arah barat laut.

"Intensitas sistem diprakirakan akan meningkat dalam 24 jam kedepan. Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin besar dari 25 knot (low level jet) yang memanjang dari Laut China Selatan dan Laut Sulu hingga Laut Filipina," jelas Warjono.

Selain itu, pihaknya juga mengidentifikasi bahwa pola angin timuran masih dominan di atas wilayah Jawa, khususnya DIY bertiup dari arah timur hingga tenggara. Untuk itu, perlu diwaspadai potensi angin kencang hingga 30 kilometer per jam dan gelombang tinggi di Samudra Hindia selatan perairan Yogyakarta.

Warjono menyebut, hasil analisis terkini profil vertikal kelembaban udara pada ketinggian 1,5–5,5 kilometer (level 850-500 mb) berkisar antara 10–50 persen (cukup kering). Kondisi ini menyebabkan potensi pertumbuhan awan hujan tidak signifikan di wilayah DIY, yang bisa berdampak pada kekeringan hutan dan lahan.

"Masyarakat agar waspada terhadap potensi kekeringan kedepannya, khususnya bagi wilayah yang rawan air, serta memanfaatkan potensi hujan untuk persediaan air dalam menghadapi kekeringan kedepannya, serta waspada terhadap kebakaran hutan dan lahan," ungkapnya.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement