Rabu 30 Aug 2023 15:10 WIB

Presiden: Hampir Separuh Negara di Dunia Jadi Pasien IMF

Tidak sedikit negara dunia yang ekonominya ambruk setelah melalui krisis pandemi.

Red: Friska Yolandha
 A foreign currency dealer exchanges US Dollars at a money exchange company in Peshawar, Pakistan, 24 August 2023. The US dollar on 24 August reached record high against Pakistani rupee at Rs317 mark in open market during intraday trading. The Pakistan Rupee continues to slump after the National Assembly was dissolved, handing over the powers to the caretaker Prime Minister Anwaarul Haq Kakar. The continuous free fall of rupee is narrowing gap between the interbank and open mark rates, one of the conditions laid forth by the International Monetary Fund (IMF) for its bailout package.
Foto: EPA-EFE/BILAWAL ARBAB
A foreign currency dealer exchanges US Dollars at a money exchange company in Peshawar, Pakistan, 24 August 2023. The US dollar on 24 August reached record high against Pakistani rupee at Rs317 mark in open market during intraday trading. The Pakistan Rupee continues to slump after the National Assembly was dissolved, handing over the powers to the caretaker Prime Minister Anwaarul Haq Kakar. The continuous free fall of rupee is narrowing gap between the interbank and open mark rates, one of the conditions laid forth by the International Monetary Fund (IMF) for its bailout package.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) mengemukakan tantangan dunia semakin tidak mudah. Menurutnya, hampir separuh negara di dunia saat ini menjadi pasien Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) seiring berbagai tantangan global di era endemi COVID-19. 

"Saya bertanya kepada managing director-nya IMF, terakhir berapa negara yang jadi pasiennya IMF? 96 negara, hampir separuh negara di dunia sekarang ini menjadi pasiennya IMF. Artinya sekali lagi, tantangan dunia saat ini semakin tidak mudah," kata Jokowi saat membuka Mahasabha XIII KMHDI di Universitas Tadulako, Palu, diikuti dalam jaringan (daring) Sekretariat Presiden di Jakarta, Rabu (30/8/2023).

Baca Juga

Meski Indonesia berhasil melampaui masa krisis pandemi yang melanda selama tiga tahun dengan baik, tapi Presiden Jokowi memperkirakan tantangan yang dihadapi dunia pada era endemi justru semakin sulit. Menurut Jokowi, tidak sedikit pula ekonomi sejumlah negara di dunia yang ambruk setelah beberapa saat melampaui masa krisis pandemi.

"Krisis ekonomi, bisa mengatasi pandeminya, tapi tidak bisa mengatasi ekonominya. Krisis pangan bisa diatasi, tapi pangan harganya di banyak negara naik lebih dari 50 persen, ada yang lebih dari 100 persen," katanya.

Presiden Jokowi juga menyoroti situasi negara Uni Eropa yang saat ini sedang dilanda krisis energi.

"Krisis energi di beberapa negara Uni Eropa, gas, BBM naik, bahkan ada yang sampai 700 persen. Kita kalau dinaikkan (harga) bensin 10 persen saja, mahasiswa saja demonya dua bulan, naik 20 persen demonya enam bulan. Itu ada yang naik (harga) gas sampai 700 persen," katanya.

Selain itu, kata Jokowi, tantangan global yang kini belum mereda adalah rivalitas dan geopolitik akibat pengaruh perang Rusia dan Ukraina.

"Bukan hanya di kawasan barat, perang Rusia dan Ukraina, tetapi juga di dekat kita juga mulai memanas," katanya.

Yang juga tak kalah menakutkan, kata Jokowi, adalah perubahan iklim yang kini dampaknya mulai dirasakan hampir semua negara.

"Yang biasanya dingin, jadi panas, yang biasanya panas jadi lebih panas. Gelombang panas, Super El Nino, sebuah hal yang harus kita sikapi dengan bijak," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement