Rabu 30 Aug 2023 19:43 WIB

Pompa Apung di Karawang untuk Ketahanan Pangan di Tengah El Nino

Pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim.

Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), akan mengantisipasi segala permasalahan.
Foto: Kementan
Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), akan mengantisipasi segala permasalahan.

REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- Dalam upaya mencapai ketahanan pangan di tengah terjadinya El Nino, Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), akan mengantisipasi segala permasalahan. Salah satunya memberikan bantuan pompa apung untuk Kabupaten Karawang yang menjadi salah satu sentra produksi padi.

Terdapat 3 unit kegiatan pompa apung di Kabupaten Karawang TA 2023. Di antaranya di Desa Tambaksari, Kecamatan Tirtajaya dikelola Kelompok Tani Mekartani, di Desa Baturaden, Kecamatan Batujaya dikelola Kelompok Tani Setia Laksana dan di Desa Cicinde Utara, Kecamatan Banyusari dikelola Kelompok Tani Sauyunan.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, upaya itu dilakukan agar ketahanan pangan nasional dapat terus terjaga, meski dalam situasi apapun. Pertanian merupakan sektor yang rentan terhadap perubahan iklim. Oleh karenanya, program yang digulirkan Ditjen PSP Kementan dimaksudkan untuk menjaga ketahanan pangan.

“Program itu sejalan dengan tujuan pembangunan pertanian nasional. Dalam kondisi dan situasi apapun, pertanian tak boleh terganggu,” kata Mentan, Rabu (30/8/2023).

photo
Kementerian Pertanian (Kementan), melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (Ditjen PSP), akan mengantisipasi segala permasalahan. - (Kementan)

Dirjen PSP Kementan, Ali Jamil menambahkan, dalam konteks tersebut, kondisi ini harus terus dipantau terkait dengan pemenuhan ketersediaan airnya, sehingga terhindar dari risiko kekeringan.

Pada umumnya, lanjut Ali, kekeringan yang terjadi di lahan sawah disebabkan karena beberapa faktor, di antaranya berkurangnya sumber-sumber air akibat kemarau panjang, daerah aliran sungai (DAS) yang sudah mulai rusak dan saluran irigasi utama yang rusak maupun sedang dalam tahap perbaikan.

“Kondisi ini menyebabkan aliran-aliran air yang dimanfaatkan untuk irigasi cepat sekali mengalami penurunan debit,” tutur Ali.

Di wilayah kegiatan pompa apung juga terdapat sejumlah permasalahan. Di antaranya kondisi saluran tersier tidak mencukupi untuk supply air sehingga dibutuhkan pompa air untuk mengambil air dari saluran pembuang.

"Pada musim tanam kedua tidak semua lahan bisa ditanami karena kekurangan air, diharapkan dengan adanya pompa apung ketersediaan air akan terpenuhi. Satu unit pompa apung luas layanannya 5 ha," ungkap Ali Jamil.

Dijelaskannya, pompa apung merupakan salah satu jenis pompa sentrifugal. Pompa apung memiliki fungsi yang sama dengan pompa lain yaitu untuk meningkatkan daya tekan pada air sehingga dapat mengalir ke lahan yang lebih tinggi. 

"Yang membedakan dengan pompa biasa adalah pompa apung diletakkan di atas air, itulah sebabnya pompa ini disebut dengan pompa apung dan juga tidak menggunakan listrik sebagai energi penggerak," terangnya.

Tipe pompa ini dihubungkan langsung (direct couple) dengan motor penggerakanya. Komponen utama pompa terdiri dari 3 bagian, yaitu rumah pompa yang terbuat dari besi tuang (cast iron), kipas (impeller), terbuat dari bahan plat strip stainless steel dan poros pompa (shaft) terbuat dari bahan besi baja (carbon steel). 

"Kelebihan pompa apung adalah lebih fleksibel baik dari segi ukuran maupun berat pompa sehingga mudah dipindahkan kemana-mana, dan mempunyai daya sedot yang cukup besar," ujarnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement